Waspada! Krim Pemutih Instan yang Anda Pakai Bisa Merusak Ginjal Permanen, Ini Penjelasan Dokter

Dinda Rachmawati Suara.Com
Selasa, 09 Desember 2025 | 06:15 WIB
Waspada! Krim Pemutih Instan yang Anda Pakai Bisa Merusak Ginjal Permanen, Ini Penjelasan Dokter
Ilustrasi Hiperpigmentasi
Baca 10 detik
  • Skincare ilegal berbahaya bagi kulit dan ginjal, sehingga produk aman dan berbukti klinis sangat penting.
  • Dokter menekankan perawatan berbasis sains untuk hiperpigmentasi, rosacea, dan kulit atopik.
  • Isisphatma terus melakukan edukasi dan riset, termasuk merilis seri SECALIA.

Suara.com - Keinginan memiliki kulit putih instan masih menjadi dorongan kuat bagi sebagian masyarakat. Sayangnya, obsesi tersebut kerap membuat orang mengambil jalan pintas, termasuk menggunakan skincare racikan ilegal yang mengandung bahan berbahaya seperti merkuri. 

Risiko yang ditimbulkan bukan hanya merusak kulit, tetapi juga mengancam kesehatan tubuh secara keseluruhan. Dermatolog dr Idrianti Idrus, SpDVE menjelaskan bahwa banyak krim racikan online mengandung merkuri, logam berat yang sangat berbahaya ketika diserap kulit.

"Yang mengandung dari krim-krim racikan online itu, misalnya seperti merkuri, itu adalah logam. Bayangkan logam, tapi bentuknya cair. Itu akan masuk ke dalam pembuluh darah kita," ujar dr Idrianti dalam sesi Media Interview Isispharma bersama Regenesis baru-baru ini.

Dalam jumlah kecil sekalipun, paparan harian membuat merkuri terakumulasi di dalam darah. Zat ini kemudian masuk ke ginjal, memaksa organ bekerja lebih keras untuk menyaring racun.

"Nah, ketika beban ginjal kita terlalu keras, dia akan nanti mengalami suatu kegagalan kerja," terang dr Idrianti.

Ia mengungkapkan adanya laporan kasus yang menunjukkan hubungan antara pemutih ilegal dan penyakit ginjal, yang pada tahap berat bisa berujung gagal ginjal.

Kerusakan Kulit Akibat Pemutih Instan

Sesi Media Interview bersama Para Dokter yang dihelat ISISPHARMA bersama Regenesis (Dok. Istimewa)
Sesi Media Interview bersama Para Dokter yang dihelat ISISPHARMA bersama Regenesis (Dok. Istimewa)

Di sisi lain, efek instan yang dijanjikan skincare ilegal biasanya dihasilkan lewat proses over exfoliation. Hal ini membuat kulit tampak lebih putih, tetapi dengan harga mahal, kerusakan jangka panjang hingga permanen.

Dermatolog dr Sri Ellyani, SpDVE memaparkan penggunaan skincare ilegal dapat menyebabkan kulit iritasi, kemerahan, dan jerawat berulang. Ia juga menekankan bahwa masyarakat Indonesia memiliki kecenderungan alami terhadap hiperpigmentasi akibat paparan sinar matahari.

Baca Juga: 3 Sunscreen untuk Mencegah Hiperpigmentasi bagi Wanita Usia 40-an

“Namun, efeknya tidak secara langsung terjadi. Butuh waktu berkali-kali hingga paparan terus-menerus mengenai kulit sehingga terjadi hiperpigmentasi. Ditambah lagi bahwa masyarakat Indonesia banyak yang beraktivitas yaitu di luar ruang,” ujarnya.

Selain sinar UV, hiperpigmentasi dapat muncul setelah peradangan kulit atau post-inflammatory hyperpigmentation (PIH), misalnya setelah jerawat, iritasi, atau tindakan skincare yang salah. Mengobati hiperpigmentasi pun tidak mudah.

"Untuk mengobati hiperpigmentasi, butuh waktu yang cukup panjang. Jadi kita ngobatin-nya juga harus sangat diperhatikan," tambah dr Ellyani.

Ia mengingatkan bahwa sunscreen menjadi perlindungan wajib, terutama pada kondisi skin barrier yang rusak, kondisi yang sering diperburuk oleh skincare ilegal.

dr Ellyani juga menyoroti perlunya bahan aktif yang bekerja hingga ke berbagai lapisan kulit untuk menangani hiperpigmentasi.

Ia menegaskan bahwa produk dengan bukti klinis sangat penting dalam mencegah kekambuhan, terutama pada kondisi yang bersifat kronis.

×
Zoomed

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI