Dari penghasilannya sebagai SPG, ia masih bisa mengajak orang tua dan adik-adiknya makan bakso serta membeli sepotong roti. Menurutnya, justru pada masa itulah titik keberkahan hidupnya bermula.
Perjuangan spiritual turut menjadi bagian penting dalam kisahnya. Setelah menjalani puasa selama 40 hari dan rutin melaksanakan salat malam, Iin akhirnya lulus dan diterima di Sekolah Tinggi Pemerintahan Dalam Negeri (STPDN) pada tahun 1990.
Dari sanalah fondasi karier birokrasi profesionalnya dibangun. Usai lulus, ia menjalani peran ganda sebagai aparatur negara, istri, ibu dari dua anak, serta aktif dalam kegiatan kemasyarakatan seperti Ketua TP PKK di tingkat kelurahan.
Dalam berbagai kesempatan, Iin kerap menegaskan bahwa kesuksesannya tidak lepas dari ridho Tuhan, dukungan suami, serta doa kedua orang tuanya. Prinsip tersebut menjadi pegangan moral dalam setiap langkah kepemimpinannya.
Demikian itulah profil Iin Mutmainnah, perempuan pertama yang jadi wali kota Jakarta Barat. Kini, sebagai Wali Kota Jakarta Barat, Iin Mutmainnah hadir sebagai simbol keterwakilan perempuan. Kemampuannya dalam menjalankan tugas akan menjadi perhatian publik yang lebih luas.
Kontributor : Mutaya Saroh