- Karya instalasi nativitas Indonesia berjudul "Waving Hope" dari seniman Maria Tri Sulistyani dipamerkan di Vatikan.
- Pameran internasional tersebut diadakan di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, pada 8 Desember 2025 hingga 6 Januari 2026.
- Karya tersebut menampilkan perjuangan ibu penenun NTT dan membawa pesan diplomasi budaya serta perdamaian Indonesia.
Suara.com - Karya dari Indonesia untuk pertama kalinya ikut serta dalam dalam The International Exhibition '100 Presepi in Vaticano' atau '100 Gua Natal di Vatikan' di Vatikan.
Partisipasi Indonesia dalam gelaran ini diwakili lewat karya seniman asal Jogja, Maria Tri Sulistyani dari Papermoon Puppet Theatre.
Tidak hanya menampilkan karya instalasi nativitas tetapi karya itu kemudian direspons lagi dalam bentuk pentas teater boneka.
Pentas teater boneka dilakukan dua kali, salah satunya di KBRI Takhta Suci yang ditonton oleh sejumlah duta besar dan diplomat negera lain seperti Korsel, Rusia, Iran, perwakilan United Nations Women's Guild, para romo, dan umat paroki.
Sebagai informasi, pameran seni yang menjadi rangkaian Jubilee is Culture ini diselenggarakan Dikasteri Evangelisasi di lengan kiri deretan tiang marmer karya maestro Renaisans Gian Lorenzo Bernini (1598–1680) di Lapangan Santo Petrus, Vatikan, mulai 8 Desember 2025 hingga 6 Januari 2026.
Pameran ini juga menjadi salah satu aspek perayaan Natal Vatikan. Pameran ini adalah tradisi Romawi yang ditampilkan mulai 1976.
Namun di masa kepausan Paus Fransiskus, pada 2018 dipindahkan ke Vatikan dan menyatukan lebih dari 100 diorama Natal dari seluruh dunia.
Karya delegasi Indonesia bersanding dengan 132 gua Natal karya para seniman dari 23 negara lainnya. Seperti Italia, Kroasia, Spanyol, San Marino, Ukraina, Irlandia, Slovenia, Hongaria, Polandia, Estonia, Jerman, Slovakia, Republik Ceko, Austria, Rusia, Amerika Serikat, Kolombia, Taiwan, Venezuela, Filipina, Guatemala, dan Paraguay.
Menenun Pengharapan
Baca Juga: 8 Model Rambut Pria & Wanita untuk ke Gereja Saat Malam Natal 2025
Melalui pameran ini, Maria menampilkan instalasi nativitas berjudul Waving Hope atau Menenun Pengharapan.
Perempuan yang akrab disapa Ria itu mewujudkan karya itu sekaligus sebagai respons atas motto dari Jubileum 2025 yakni 'Peregrini in Speranza' atau 'Peziarah Pengharapan'.
Karya berdimensi 135x135x65 cm itu mengangkat kisah perjuangan para ibu penenun di Mollo, Nusa Tenggara Timur yang merawat alam dan identitas budaya melalui tradisi menenun.
Dalam karyanya, Ria mengibaratkan tangan penopang Keluarga Kudus tak hanya sebagai tangan-tangan yang mendukung dan menemani, tangan para penenun, petani, tangan para gembala, tangan para penjual sayur. Namun ada pula tangan tiga orang majus yang datang dari jauh dan membawakan hadiah.
"Tangan ini juga melambangkan bahwa kebaikan datang jika kita mau memulainya," ungkap Ria, Rabu (24/12/2025).
Nuansa Mollo yang kental dalam karyanya nampak pula dari hadirnya kain tenun dari Mollo yang membalut Keluarga Kudus.