Suara.com - Selang dua hari setelah pelaksanaan pemungutan suara (pencoblosan) untuk Pemilu Legislatif (Pileg) 2014, berdasarkan perolehan suara sementara hasil quick count di mana PDI Perjuangan (PDIP) unggul, sejumlah pihak mulai memetakan posisi dan kekuatan parpol-parpol. Salah satunya adalah Direktur Eksekutif PolcoMM Institute, Dr Heri Budianto, yang melihat bahwa ke depan akan ada tiga cluster (kelompok) besar.
"Yang pertama, akan ada cluster yang dipimpin oleh Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP). Yang kedua (dipimpin) Partai Golongan Karya (Golkar), dan yang ketiga Partai Gerindra," kata Budi, di Menteng, Jakarta Pusat, Jumat (11/4/2014).
Menurut Budi pula, keberadaan tiga cluster yang dipimpin tiga parpol pengumpul suara terbanyak tersebut, akan mempengaruhi bagaimana proses membangun komunikasi politik, serta upaya meyakinkan partai lain untuk berkoalisi.
Budi menilai, sebelum Pileg pun sebenarnya komunikasi politik sudah dibangun. Partai Nasional Demokrat (Nasdem) misalnya, menurutnya cenderung dekat ke PDIP. Sementara, tiga hari menjelang Pileg, Puan Maharani juga diketahui melakukan komunikasi dengan Partai Amanat Nasional (PAN), meski saat ini masih dipertanyakan apakah PAN akan masuk ke cluster PDIP.
"Apabila ini terjadi, maka akan menyisakan Hanura, PKS, dan PPP. Kemudian PKB dengan Demokrat, ini mendapatkan suara yang hampir sama. Itu akan sangat menentukan, karena PKB dan Demokrat akan percaya diri untuk menentukan cawapres kepada tiga cluster yang ada," ungkapnya.
Seperti diketahui, suara Demokrat sendiri turun drastis pada pemilu tahun ini. Sehubungan dengan itu, Budi menilai bahwa Demokrat akan sulit untuk masuk dalam kubu PDIP.
"Hubungan Mega dan SBY dari 2004 tidak kunjung membaik. Ini akan berpengaruh ketika akan berkoalisi," jelasnya, sambil menambahkan bahwa untuk PKB justru akan lebih dinamis untuk masuk ke dalam salah satu dari tiga cluster tersebut.
Sementara itu, Budi pun berspekulasi bahwa Golkar akan kesulitan untuk mendapatkan mitra koalisi nantinya. "(Apalagi) Dari ketiga capres, yaitu Jokowi, Aburizal Bakrie (ARB) dan Prabowo Subianto, yang elektabilitasnya rendah adalah ARB," ungkapnya.