Berbeda dengan Asih, warga Manggarai, Jakarta Selatan. Ia tidak setuju Ahok menjadi Gubernur. Alasannya, warga Jakarta mayoritas Islam, sedangkan Ahok Kristen, Cina pula.
"Kurang setuju. Kita kan masyarakat Islam, Ahok kan keturunan Cina. Takutnya orang pribumi kesingkir. Kalau Ahok jadi Gubernur, takutnya perusahan yang ada di luar masuk ke Indonesia disah-sahin masuk ke Indonesia," kata Asih.
Asih menolak Ahok juga karena menurutnya Ahok tidak berangkat dari masyarakat kelas bawah. Ia membandingkan Jokowi, yang menurutnya berasal dari kalangan bawah sehingga mengetahui keadaan masyarakat yang sesungguhnya.
"Pak Ahok kurang pendekatan, kurang turun langsung ke masyarakat, kita belum tahu kerjanya, yang sering blusukan kan Pak Jokowi, Pak Ahok-nya belum tahu. Cara kerjanya dia," kata Asih.
Tapi bila Jakarta tetap dipimpin Ahok, Asih berharap Ahok meneruskan kinerja Jokowi.
"Dia bisa seperti figur Jokowi, turun langsung lah dengan sifat blusukannya," katanya.
Warga Matraman, Jakarta Timur, Muhammad, juga menolak Ahok jadi Gubernur. Alasannya, selain karena Ahok bukan orang Islam, Ahok juga dinilai sering marah kepada anak buah.
"Terlalu keras kata saya. Istilahnya sering marah-marah begitu, dia gak kaya Jokowi saya rasa, antara Pak Ahok dan Jokowi bertolak belakang cara kepemimpinannya," kata Muhammad.
Kendati demikian, ia tetap akan menghormati aturan pemerintah yang bisa secara otomatis menjadikan Ahok Gubernur setelah Jokowi mundur.
"Saya ingin punya pemimpin yang mempunyai keyakinan yang sama dengan saya. Tapi kalau kebijakannya seperti itu kita ikutin aja sebagai rakyat kecil," kata Muhammad.