Suara.com - Wakil Gubernur Jakarta Djarot Saiful Hidayat menyayangkan ulah warga di Lenteng Agung, Jakarta Selatan, yang tawuran pada malam takbiran.
"Berarti dia nggak niat takbiran, niatnya berkelahi. Di sini banyak kelahi antar warga, kampung dan ormas kayak gitu. Mereka tidak bisa menyalurkan energinya secara positif," kata Djarot di rumah dinas, Kuningan, Jakarta Selatan, Jumat (17/7/2015).
Kemudian Djarot bercerita pengalaman menemui warga Manggarai, Jakarta Selatan, yang kerab tawuran. Setelah berdialog, diketahui salah satu faktor yang turut pemicu tawuran di Manggarai karena kurangnya sarana umum untuk mengekspresikan diri, seperti taman atau lapangan futsal.
"Saya pernah ke kampung dekat Manggarai jam 00.00 WIB belum pada tidur. Yang mereka minta apa pas saya ke sana? Minta lapangan futsal supaya bisa beraktivitas. Sekarang masa rekreasi ke mal, tempat-tempat karaoke," kata dia.
"Kalau di Blitar lapangan hijau masih banyak, tiap kelurahan punya lapangan bola 1 atau 2 buah. Apapun ada kecuali 1 yaitu lapangan golf, tidak ada," Djarot menambahkan.
Lebih jauh, Djarot bercerita sewaktu masih muda juga pernah berkelahi.
"Terakhir berkelahi saya itu pas kuliah. Kalau berkelahi itu dulu nggak main keroyokan atau tawuran lho. Tapi satu lawan satu bisa di tanah lapang atau dikelilingi orang. Jadi fair kalau selesai ya selesai. Kalau sekarang kan main keroyokan. Berkelahinya zaman dulu tidak membahayakan, tidak bawa senjata. Sekarang ngawur sudah. Ada yang bawa air keras, itu kriminal. Pengecut itu berarti," kata Djarot.