Di Hari Polwan, Kapolri Tito Ingatkan Kepercayaan Polisi Menurun

Minggu, 28 Agustus 2016 | 09:39 WIB
Di Hari Polwan, Kapolri Tito Ingatkan Kepercayaan Polisi Menurun
Kapolri Tito Karnavian berpidato di acara Hari Jadi Polwan Ke-68 dan Hari Kesatuan Gerak Bhayangkari di Lapangan Parkir Polda Metro Jaya, Minggu (28/8/2016). [suara.com/Dian]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Personel Polisi Wanita di Mabes Polri dan Polda Metro Jaya serta Bhayangkari, menggelar olah raga bersama di lapangan parkir Polda Metro Jaya, Jakarta, Minggu (28/8/2016.

Kegiatan tersebut digelar dalam rangka memperingati hari jadi Polwan ke-68 yang jatuh setiap tanggal 1 September dan juga peringatan Hari Kesatuan Gerak Bhayangkari ke-64.

Acara diawali dengan jalan santai bersama jam 06.00 WIB. Ribuan Polwan dan Bhayangkari secara serentak keluar dari pintu gerbang Mapolda Metro Jaya memenuhi sepanjang jalan Sudirman, kemudian kembali lagi ke Mapolda Metro Jaya.

Setibanya di lapangan parkir Polda Metro Jaya, para polwan beristirahat sambil mendengarkan arahan dari Kapolri Jendral Tito Karnavian.

Dalam sambutannya, Tito mengatakan bahwa keberadaan polwan di institusi Polri sangatlah berguna. Sifat keibuan yang dimiliki polwan, adalah satu modal bagi polwan untuk menjadi pengayom masyarakat yang baik.

Sebab itu, polwan sangat diharapkan dapat mengembalikan citra baik kepolisian di mata publik.

"Saya harap polwan dapat jadi ujung tombak program, promotor polisi yang lebih profesional, modern dan terpercaya," kata Tito di Polda Metro Jaya, Jakarta, Minggu (28/8/2016).

Tito menyadari, kepercayaan publik terhadap institusi kepolisian mengalami penurunan. Hal ini disebabkan karena adanya sifat koruptif dan arogan sebagian oknum polisi.

"Ini untuk menaikkan kepercayaan publik. Kita tahu kepercayaan itu menurun, terutama faktor kinerja yang belum maksimal serta kultur, budaya polisi yang belum kondusif sesuai tuntutan jaman demokrasi yang lebih terbuka saat ini," ujar Tito.

"Salah satu kulturnya, budaya koruptif, arogansi kewenangan, serta penggunaan kekuatan berlebihan," Tito menambahkan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI