Secangkir Air Keras untuk Novel Baswedan

Reza Gunadha Suara.Com
Selasa, 11 April 2017 | 19:36 WIB
Secangkir Air Keras untuk Novel Baswedan
Penyidik Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) Novel Baswedan dipindahkan untuk menjalani perawatan intensif di Rumah Sakit Mata Jakarta, Selasa (11/4).
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Nama Novel mulai menjadi buah bibir pada suatu malam di bulan Oktober 2012. Kala itu, sejumlah mantan temannya, sesama serdadu di Polri, menggeruduk kantor KPK dengan satu tujuan: ”menjemput” Novel.

Novel dianggap tak lagi loyal kepada korps baju cokelat tersebut, karena berani menggeledah Korps Lalu Lintas Polri. Saat itu, ia memimpin Kepala Satgas Kasus simulator SIM—korupsi kelas kakap saat itu. Bahkan, Novel yang cuma komisaris dianggap kurang ajar karena bisa ”petantang-petenteng” memeriksa Kakorlantas Djoko Susilo, jenderal bintang tiga.

Tak lama setelah rentetan peristiwa yang menimbulkan friksi Polri vs KPK dalam lakon ”Cicak vs Buaya” itu, mendadak Novel ditetapkan sebagai tersangka kasus dugaan penembakan terhadap pencuri sarang burung walet di Lampung tahun 2004, saat masih bertugas di Polres Bengkulu.

Tahun  2012, Novel juga menghadapi teror saat menangani kasus korupsi Bupati Buol Amran Batalipu. Novel diserang massa pendukung Amran, saat memimpin operasi penangkapan. Novel yang ketika itu mengendarai sepeda motor, ditabrak pengawal Amran memakai mobil.

Pun saat memimpin penyidikan megakorupsi e-KTP, mobil Novel masuk ke sungai saat mengecek fisik pengadaan e-KTP, 15 Oktober 2015.

Selang setahun, 2016, Novel lagi-lagi ditabrak mobil saat dirinya hendak pergi ke kantor. Ia terpelanting, mencium kerasnya aspal jalanan, meski akhirnya hanya luka ringan.

Novel, meski bergaji tinggi dan menjadi penyidik terbaik KPK, memang mudah diserang di jalanan. Selain tak memunyai pengawal, ia tetap bersetia naik sepeda motor ketimbang membeli mobil.

Namun, teror yang paling maut menimpa Novel adalah penyiraman air keras. Dokter mengkhawatirkan, air keras itu merusak kornea dan menyebabkan kebutaan.

Agar hal itu tak terjadi, dokter memutuskan memindahkan Novel dari RS Mitra Keluarga Kelapa Gading ke Rumah Sakit Eye Center di Menteng, Jakarta Pusat, Selasa siang.

Baca Juga: Besuk ke Rumah Sakit, Mahfud MD Ungkap Kondisi Novel Baswedan

”Tapi Novel tetap kuat, bahkan ia semakin bersemangat memberantas korupsi. Keluarga Baswedan tak pernah takut diteror!” tega Anies, saat mengurus kepindahan sepupunya itu ke RS Mata JEC.

Anies dan Novel adalah cucu salah Pahlawan Nasional, Abdurrahman (AR) Baswedan.

“Dulu orangtua kami berjuang untuk mendirikan republik. Kini kami berjuang untuk mempertahankan republik ini dari tangan koruptor,” tandas Anies.

Teror terhadap Novel turut menjadi Presiden RI Joko Widodo. Ia mengutuk penyerangan tersebut, dan memerintahkan Kapolri Jenderal Tito Karnavian secepat-cepatnya menangkap pelaku sekaligus aktor intelektual di balik teror tersebut.

Sang jenderal lantas membentuk tim khusus gabungan Mabes Polri, Polda Metro Jaya, dan Polres Jakarta Utara, untuk berbareng bergerak melacak pelaku. Ia juga menawarkan pengawalan terhadap seluruh tim penyidik KPK.

Namun, apakah pengawalan itu bisa membuat koruptor mengurungkan niat meneror penyidik KPK ke depannya?

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI