Ratusan ribu pekerja menjadi tumbal dari sistem kerja paksa tersebut, yang diketahui berasal dari daerah lain. Secara arsitektur, jalur gua tersebut mengagumkan. Gelombang-gelombang pada dinding gua sengaja dibuat tidak rata, agar suara dari dalam gua tidak memantul ke luar sehingga tidak diketahui musuh.
Gelombang dinding tersebut merupakan peredam suara yang sengaja dibuat untuk meminimalisasi kontak dengan dunia luar. Sebanyak 27 ruangan dibangun dalam gua tersebut, termasuk rumah sakit, dapur, ruang sidang, penjara, penyimpanan makanan, penyimpanan senjata dan ruang lainnya ada dalam jalur gua tersebut.
Ada lebih dari satu jaringan gua yang terdapat di Bukittinggi, bahkan panjang totalnya lebih dari lima kilonmeter, namun yang dibuka untuk wisata hingga saat ini masih sepanjang 750 meter, mengingat sirkulasi udara dan pertimbangan keselamatan lainnya. Bahkan melalui pula di bawah Jam Gadang Bukittinggi.
Wisata Saat ini fungsi dari Lubang Jepang lebih dimanfaatkan untuk kepentingan wisata. Lokasi yang terletak dekat Bukit panorama Ngarai Sianok menjadikan geografis alam serta wisata sejarah lebih menarik perhatian.
Tiket masuk Lubang Jepang untuk dewasa seharga Rp8 ribu/ orang dan anak-anak Rp5 ribu. Terdapat 135 anak tangga yang menurun ke bawah tanah saat memasuki gerbang Lubang Jepang. Secara keseluruhan konstruksi Lubang Jepang sudah diperbarui, volume ruang diperlebar dan tempat-tempat terlarang sudah ditutup, sebab bentuknya yang seperti labirin sering membuat orang tersesat.
Bagian ruang dapur dalam gua merupakan bagian yang paling mengerikan dalam sejarah Lubang Jepang, sebab bagian dapur dipercaya hanya sebagai fungsi kamuflase. Ruangnya yang dekat dengan ruang penyiksaan dan penjara, diketahui sebagai tempat pembuangan jasad.
Ada dua lubang di atas dan bawah dapur, lubang atas adalah untuk pengintaian ke arah luar, sedangkan lubang bawah dapur untuk membuang jasad dari korban romusa. Apabila jasad tersebut dibakar maka asapnya akan memancing perhatian musuh.
Maka lubang bawah yang cukup kecil mengarah langsung pada sungai di dekat ngarai. Menurut informasi, untuk menghilangkan jejak para pekerja, jasad tersebut sebelum dibuang dimutilasi terlebih dulu, agar cukup muat untuk dibuang pada lubang yang cukup kecil.
Misteri lain yang belum terjawab dari pembangunan Lubang Jepang tersebut adalah ke mana perginya semua tanah bekas galian yang seharusnya dibuang? Sebab tidak ada jawaban secara ilmiah ke mana dibuangnya tanah tersebut. Jalur sungai diketahui sudah diteliti, namun tidak ada tanah yang cocok dengan karakter tanah dalam gua.
Bahkan pernah ada bekas tentara Jepang yang didatangkan kembali ke Indonesia untuk memberitahukan sejarah gua tersebut, namun tetap tidak dapat menjawab ke mana ribuan kubik tanah bekas galian gua tersebut dibuang.