“Saya sedih, kok kepala institusi wartawan seperti itu,” tambahnya sambil mengelus dada.
Sejatinya, kata dia, pertemuan di Solo pada 1949 itu bukan cuma membahas soal PWI, tapi kali pertama membahas tentang pers perjuangan.
"Hanya kebetulan saja bareng acara PWI, tapi justru ajang pembahasan penting untuk tonggak perjalanan dunia kewartawanan berikutnya," tukasnya.
Bagir tidak bisa menyepakati mana yang lebih pas apakah Februari atau November pelaksanaan yang sesuai. Masing-masing memiliki alasan dan landasan yang bisa diperdebatkan.
“Kalau paling gampang kapan tonggak pers, tapi tidak ketemu titiknya, bagaimana kalau HPN disamakan dengan sejak Republik ini berdiri saja, 17 Agustus,” katanya tersenyum.
“Biar sepakat dan tak ada yang merasa paling benar,” katanya.