Suara.com - Genderang perang dua kubu calon presiden dan calon wakil presiden mulai ditabuh. KPU telah menetapkan pasangan Joko Widodo -KH Ma'ruf Amin dan pasangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno sebagai calon presiden dan wakil presiden peserta Pemilihan Presiden 2019.
Setelah ditetapkan, tahan berikutnya kedua pasang calon akan mengikuti tahapan tidak kalah penting, yakni masa kampanye. Tidak lama lagi, tepatnya 23 September 2018, kedua kubu akan mulai berkampanye hingga 13 April 2019.
Menghadapi masa kampanya yang hampir tujuh bulan penuh, kedua pasangan calonpun telah menunjuk ketua tim kampanye nasionalnya untuk mengatur strategi menarik hati para pemilih Jokowi menunjuk pengusaha muda Erick Thohir sebagai manajer lapangannya, sementara Prabowo memilh mantan Panglima TNI Djoko Santoso sebagai panglima kampanyenya.
Ketua tim kampanye nasional tersebut memiliki peran penting untuk menjadikan kampanye yang melibatkan sebuah tim besar berjalan efektif, ibarat seorang konduktor dalam perhelatan musik simponi.
Fungsinya jelas, untuk mengendalikan dan mengoordinasikan agar kampanye yang dilakukan dapat berhasil guna, memenangi kompetisi lima tahunan. Kampanye pemilihan presiden juga berbarengan dengan kampanye pemilihan legislatif DPRD kabupaten/kota, DPRD provinsi, DPR RI maupun DPD.
Sementara komposisi pemilih dalam pemilihan umum kali ini juga cukup menantang. Dari sekitar 185 juta lebih DPT diperkirakan hingga 52 persen merupakan pemilih milenial, yaitu pemilih yang telah terpapar oleh teknologi infomasi dan komunikasi (media sosial).
Sang Jenderal Mantan Panglima TNI Djoko Santoso telah ditunjuk untuk menjadi jenderal lapangan bagi tim pemenangan Prabowo Subianto - Sandiaga Uno. Nama Wakil Ketua Dewan Pembina Partai Gerindra tersebut memang sudah lama disebut-sebut sebagai ketua tim.
Namun baru dikukuhkan secara resmi setelah rapat Partai Gerindra, PAN, PKS, Demokrat dan Berkarya yang menyebut dirinya Koalisi Indonesia Aman dan Makmur. Nama Djoko Santoso sendiri telah disebut Prabowo sejak 14 Agustus 2018. Kemampuan Kepala Staf Angkatan Angkatan Darat 2005-2008 tersebut dibutuhkan oleh Prabowo untuk memenangi kompetisi pemilihan presiden.
Ini bukan pertama kalinya Djoko Santoso mendukung Prabowo. Pada Pemilihan Presiden 2014, saat putra begawan ekonomi Sumitro Djojohadikusumo tersebut maju berpasangan dengan calon wakil presiden Hatta Rajasa, Djoko Santoso juga menyatakan dukungannya.
Kala itu, Mahfud MD menjadi Ketua Tim Kampanye Nasionalnya. Sementara Djoko menjadi Anggota Dewan Penasihatnya.
"Saya memilih mendukung Prabowo-Hatta karena alasan profesional. Sebagai TNI dan pernah mendapat pendidikan politik, menilai pasangan Prabowo-Hatta mampu membangun pemerintahan yang baik," kata Djoko Santoso pada deklarasi "Poros Pelajar Santri Indonesia (PPSI)" di Tebet, Jakarta, Kamis, 12 Juni 2014 kala itu seperti didokumentasikan Antara.
Kali ini, Djoko tidak lagi berada di belakang layar, namun akan menjadi jenderal lapangan yang menggerakan tim pemenangan.
"Ya namanya tentara harus siap, tidak ada yang tidak siap kalau untuk negara," kata Djoko di kediaman Prabowo Subianto, Jalan Kertanegara, Jakarta, Selasa, 14 Agustus 2018, saat namanya disebut Prabowo untuk menjadi ketua tim.
Bagi pria yang lahir di Surakarta 1952 tersebut, mengendalikan dan mengelola tim bukanlah hal yang asing.
Sebagai tentara dengan karier hingga Panglima TNI, ia telah terbiasa untuk mengelola dan mengendalikan tim, kata lelaki yang memulai kariernya sebagai Komandan Peleton 1 Kompi Senapan A Yonif 121/Macan Kumbang itu.