"Saya punya tabungan Rp 19 juta di dalam rumah. Kini entah kemana,” kata lelaki berusia 60 tahun itu.
Kini, Saki mengakui hanya memiliki kopiah, sehelai kaos oblong, dan sarung.
"Saya tidur di masjid dan setiap hari saya kembali ke sini untuk mencari uang saya di balik reruntuhan rumah. Tapi, semuanya belum ditemukan.”
Dua orang terbunuh dan setidaknya 20 rumah hancur di lingkungan tempat tinggal Saki. Jalan-jalan di Desa Sumber Jaya berlumpur, sebagian lagi masih terendam banjir rob, dan tertutup puing-puing.
Tampak di sana-sini terdapat gundukan kayu, sampah, dan batu bata yang hancur. Tentara membersihkan daerah itu dengan bantuan alat berat.
"Ketika tsunami menghantam, listrik tiba-tiba padam, dan saya mendengar suara yang terdengar seperti deru pesawat," kenang Ismail, seorang warga Sumber Jaya yang berusia 62 tahun.
"Aku mengarahkan lampu senterku ke laut dan melihat ombak ... aku berlari ke hutan, di atas bukit."
Rumah dan kandang kambing milik Ismail, terhindang dari gelombang pembunuh itu. Namun, tsunami sudah memusnahkan perabotan di dalam rumah, merobohkan toko kelontong miliknya, dan juga kambing peliharaan.
Kini, Ismail hanya memunyai sebidang tanah berlumpur, tempat kayu-kayu berserakan, pohon tumbang, dan sisa mainan anaknya.
Baca Juga: Thailand Jadi Negara Asia Tenggara Pertama yang Legalkan Ganja
"Kami belum mendapat bantuan. Kami hanya punya nasi berlumpur, tapi kami masih akan memasaknya."
Kembali di Sumatera, tubuh Nasoha dipenuhi luka dan memar serta rumahnya hilang. Namun, Nasoha merasa dirinya merupakan orang yang beruntung.
"Pipiku luka. Telingaku luka. Tapi aku beruntung, aku bersyukur masih hidup,” tutur lelaki berusia 45 tahun itu.