Pendapat ini pun diperkuat oleh Prof. Chiara Nazarro, Arkeolog Maritim dari Italia. Dia menduga Kapal Zabag ini adalah kapal besar.
Kata dia, dilihat dari kayu dan ketebalan papan, Kapal Zabag berukuran besar. Lebih besar dari Kapal Pinisi. Chiara mengungkap teknologi kapalnya hampir sama seperti Pinisi. Chiara mengaku sangat tertarik dengan situs Kapal Zabag ini.
“Saya sangat tertarik untuk menelitinya lebih dalam,” kata Chiara.
Saking tertariknya Chiara datang sendiri ke Lambur, Tanjabtim tanpa diundang oleh pemerintah setempat. Chiara saat ini sedang melakukan penelitian Kapal Pinisi bersama Ali Akbar. Mendapat kabar tentang Kapal Zabag dari Ali Akbar, dia langsung mengunjungi Lambur sekaligus berwisata.
Profesor Arkeologi dari Universitas Naple L’Orientale ini membandingkan dengan kapal-kapal tradisional kuno hasil penelitiannya di Mesir dan Afrika.
“Ini kapal besar. Unik dan ada hal yang sangar menarik,” katanya.
Sementara itu, menurut Abe, bentuk fisik yang nampak saat ini diperkirakan adalah geladak kapal, haluan dan buritan. Di sekitar lokasi sebelah timur ada lagi seperti ujung perahu yang araknya sekitar 24 meter.
“Tetapi terlalu besar untuk ukuran perahu jaman dulu. Ada kemungkinan bukan satu perahu yang sama. Ada lebih dari satu,” katanya.
Hingga kini, tunas kapal belum ditemukan. Hanya perkiraan dak kapal. Namun tidak ditemukan kulitnya (kulit dak).
Baca Juga: 5 Situs Sejarah Terancam Tol Jogja - Solo, Salah Satunya Candi Kedulan
“Justru yang ditemukan kayu besar melintang. Bentuknya beda semua dengan teknologi perkapalan yang kita kenal. Biasanya di dekat kapat ditemukan macam-macam benda. Ini kosong. Kita menemukan pecahan-pecahan tembikar yang cukup tua, pecahan keramik,” jelasnya.
Posisi kapal ini menurut Abe bukan karam, tetapi sedang parkir dan diperbaiki.
“Kalau kapal karam biasanya bawa muatan banyak. Gading-gadingnya ditemukan jauh, sementara tunas belum ditemukan. Papannya besar-besar dan tebal-tebal semua ketika dirangkai bisa menjadi kapal yang besar sekali. Papan-papan tebal ini yang jarang kita temukan dalam situs-situs lain. Di sekitar lokasi juga ditemukan lima papan terpisah, tetapi tersambung cukup baik,” Abe menjelaskan.
Abe menduga, lokasi situs adalah galangan kapal tertua di Asia Tenggara. Bukti-bukti sementara adalah posisi kapal yang terparkir. Ada kayu bulat yang berada di bawah geladak. Beberapa bagian juga terpisah, seperti posisi gadingnya juga terpisah.
“Untuk sementara ini (situs Kapal Zabag) adalah tempat pembuatan atau perbaikan kapal. Sejauh pengetahuan saya, di Nusantara belum pernah ditemukan galangan kapal kuno. Hanya baru di Sabak ini," ungkapnya.
Dia menduga, kapal-kapal tua yang ditemukan di Malaysia, Pilipina, Palembang, Rembang dan Cirebon diproduksi di Sabak.