Sesaat setelah klub telanjang itu ditutup, Brodie mengaku ketakutan lantaran penghasilannya terancam.
"Setelah kami tutup, aku ketakutan. Ini adalah sumber penghasilan utama saya. Tapi ketika Boulden membuat lelucon dan orang-orang mulai tertarik tentang itu dan kami mulai mengerjakan," kata Brodie.
Ia menambahkan, "Kami merasa layanan ini membuat para penari kembali dipekerjakan dan mendapatkan penghasilan begitu juga dengan para penjaga, DJ, koki - itu membuat kita semua terus bekerja".
Baik Brodie dan Toxic, penari lain di Lucky Devil Lounge, mengatakan selama layanan delivery ini berjalan responnya cukup positif, menyenangkan, dan menggembirakan.
Toxic bercerita, "Kami mendengar cerita dari orang-orang di komunitas kami. Banyak orang yang di-PHK, mereka tidak tahu apa yang akan terjadi selanjutnya."
"Kita harus membawa sukacita ke dalam hidup mereka. Hanya bisa berada di sana untuk komunitas kami dan berada di sana untuk satu sama lain - itu benar-benar bermanfaat," lanjutnya.
Toxic memberikan usul ke bosnya agar tetap menjalankan layanan ini meskipun jika nanti wabah telah reda.
"Aku ingin melempar usul ke Shon di suatu titik, sesuatu yang disebut "Boober Deluxe". Setelah masa karantina ketika kita tidak memiliki aturan jarak sosial, kami dapat muncul di limusin, stripparoke, dan delivery makan malam. Itu akan sangat menyenangkan," ujarnya.
Baca Juga: Per Hari Ini, 87 WNI di Luar Negeri Positif Covid, 1 Meninggal di Singapura