Para Tamu Allah di Tengah Wabah, 'Berserah Diri, Sambil Terus Berdoa'

Dany Garjito Suara.Com
Senin, 01 Juni 2020 | 18:55 WIB
Para Tamu Allah di Tengah Wabah, 'Berserah Diri, Sambil Terus Berdoa'
Haji di tengah wabah. [BBC]

Suara.com - Ibadah haji terancam batal tahun ini karena pandemi Covid-19 yang masih berlangsung di dunia dan belum ditemukan vaksinnya. Tapi mengapa saat wabah SARS dan MERS, ibadah haji tetap dijalankan?

Menurut pengelola travel umrah dan haji yang sudah berkecimpung dalam usaha ini selama puluhan tahun, ibadah haji dalam zaman modern belum pernah dihadapkan pada pandemi global seperti ini, yang lebih parah ketimbang wabah SARS dan MERS atau Sindrom Pernapasan Timur Tengah.

Baluki Ahmad, Ketua Umum Himpunan Penyelenggara Umrah dan Haji (Himpuh), yang telah menjalani bisnis travel umrah dan haji sejak tahun 1977, wabah SARS yang menimpa dunia pada 2002-2004 "tidak jatuh pada musim haji," begitu pula dengan MERS, sehingga tidak ada protokol kesehatan khusus bagi jemaah haji asal Indonesia saat itu.

"SARS itu tidak jatuh pada musim haji. Saat MERS juga tidak menyentuh di musim peak haji. Tidak ada pembatasan-pembatasan semacam itu, [atau] kondisi seperti wabah sekarang, pada musim haji tidak dirasakan itu," kata Baluki.

Haji 'kecil kemungkinan' diselenggarakan tahun ini, di Arab Saudi 'belum ada persiapan sama sekali' Singapura tunda keberangkatan kontingen haji sampai 2021, Indonesia belum pasti Seluruh masjid di Arab Saudi akan gelar salat berjemaah mulai 31 Mei, kecuali di Mekah

"Tidak ada pembatalan haji saat [wabah] MERS, dan [penyakitnya] sudah tertanggulangi waktu keberangkatan haji, tidak seheboh sekarang, sekarang kan sudah jelas, jangan-jangan kita negara yang akan dilarang bisa masuk ke negara orang karena kondisi [pandemi di negeri] kita," tambahnya.

Hal yang sama juga diungkapkan oleh Syam Refiadi, direktur utama PT Patuna Mekar Jaya, yang sudah mengurus travel umrah dan haji sejak tahun 1988.

"Imbauan [saat wabah MERS] cuma satu, karena [sumber penyakit] diduga dari unta, maka jemaah haji dijauhkan dari unta.

"Haji saat itu sama saja, karena bukan dari virus yang diduga disebarkan oleh manusia, sehingga pemerintah Arab Saudi sendiri, meski banyak unta [di sana], merasa tidak ada isu itu, jadi haji tetap jalan," kata Syam.

Baca Juga: Komisi VIII Minta Kemenag Transparan soal Pembayaran Biaya Haji

"Haji waktu [wabah] SARS juga sama saja, waktu itu media sosial tidak banyak, tidak ada yang menyebarkan berita-berita yang menakutkan.

"Yang [direkomendasikan saat itu] hanya suntikan flu dan meningitis saja. [Ketika] SARS tidak ada himbauan [untuk jemaah haji] pakai masker. Anjuran [kesehatan seperti] Covid-19 tidak ada sama sekali [dulu]," tambahnya.

Bagaimana haji saat MERS lalu?

Menurut Profesor Tjandra Yoga Aditama, Direktur Penyakit Menular Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) Regional Asia Tenggara, ketika wabah MERS merebak pada awal tahun 2010an lalu memang ada kekhawatiran kontingen jemaah haji Indonesia akan tertular, namun ibadah sendiri tetap "berjalan".

"Pada waktu MERS 2015 lalu saya kira memang waktu itu ada kekhawatiran kemungkinan terjadi penularan MERS [terhadap jemaah haji Indonesia] di Arab Saudi tapi waktu itu proses haji tetap berjalan dan jemaah tetap berangkat," kata Tjandra, yang lima tahun lalu menjabat sebagai Kepala Badan Penelitian dan Pengembangan Kesehatan Kementerian Kesehatan.

"Tapi saya tidak ingat pasti program waktu itu oleh pemerintah tapi saya percaya berbagai penyuluhan telah dilakukan, baik kepada jemaah haji atau petugas kesehatan haji."

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI

Ingin dapat update berita terbaru langsung di browser Anda?