Dianggap Protein, Warga Nekat Konsumsi Tikus di Tengah Krisis Pandemi

Minggu, 06 September 2020 | 17:13 WIB
Dianggap Protein, Warga Nekat Konsumsi Tikus di Tengah Krisis Pandemi
Olahan tikus goreng dari Malawi. (AFP)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Ahli gizi utama Kementerian Kesehatan Malawi, Sylvester Kathumba, mengatakan tikus adalah salah satu sumber protein.

"Kami telah mendorong pola makan semua makan semua kelompok makanan, terutama di saat ini di mana virus corona menyerang orang-orang dengan kekebalan tubuh rendah," kata Grancis Nthalika, koordinator gizi di kenator kesehagan Kabupaten Balaka.

Balaka yang terletak di wilayah selatan negara, dikenal sebagai kawasan untuk perburuan tikus.

Kendati demikiam, para aktivis lingkungan belakangan menyuarakan keprihatinan tentang kerusakan ekosistem yang disebabkan oleh metode perburuan akibat permintaan tikus meningkat.

Hewan pengerat biasanya ditemukan di ladang jagung, di mana mereka tumbuh dari memakan biji, buah, rumput, dan serangga.

Direktur kelompok lingkungan Azitona Development Service, Duncan Maphwesesa, mengatakan perburuan tikus akan menghancurkan ekosistem di dalam semak.

"Kami sangat menghargai bahwa mereka harus mempertahankan mata pencaharian karena kemiskinan dan masalah kebakaran hutan," kata Maphwesesa.

"Mereka tidak melihat bahwa mereka mempengaruhi lingkungan dan mereka bagian tak terpisahkan dari faktor penyebab perubahan iklim," sambungnya.

Kendati demikian, tradisi makan tikus sulit dilakukan. Sebab, perburuan hewan pengerat ini seringnya dianggap sebagai bentuk hiburan.

Baca Juga: Anti Ribet! Begini Cara Cek Bansos di cekbansos.siks.kemsos.go.id

Salah seorang warga, Lucius Banda, menyebut anak-anak di desanya acapkali diberi makan tikus sebagi bentuk hadiah, bahkan sebelum memerka mencicipi daging sapi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI