Di mata Ananda Sukarlan, Gus Dur bukan hanya seorang Presiden yang banyak melakukan pembaruan, tapi juga seorang diplomat handal dan pecinta seni. Mencintai seni merupakan hal penting bagi seorang pemimpin, karena ia harus bisa mengerti dan merasakan, bukan hanya mengetahui, terampil dan ahli dalam strategi politik serta pembangunan fisik.
“Yang dia pimpin itu adalah manusia yang mengatur ekonomi, politik, atau apapun. Manusialah yang semua memiliki kecerdasaan dan perasaan. Nah, diplomasi Gus Dur itu melalui seni dan juga humor,” kata Ananda Sukarlan.
Ananda Sukarlan mencoba menyampaikan humor lewat musik, karena humor menurutnya berlaku sama dalam semua bidang. Konser ini juga sebuah penghormatan (tribute) bagi humor itu sendiri, yang sekarang banyak dibungkam oleh kaum intoleran dan ekstrimis dengan dalih penistaan agama, menghina Tuhan, atau alasan lainnya.
“Saya percaya sekali, jika saja Gus Dur masih hidup saat ini, beliau sudah di-Ahokkan berkali-kali," kata Ananda Sukarlan.
Beberapa waktu yang lalu, Ananda mengikuti pengambilan gambar di Pojok Gus Dur, bekas ruang kerja Gus Dur sebelum dan setelah menjadi Presiden, di gedung PBNU Jakarta. Ruangan yang memiliki nilai historis tersendiri, karena di tempat inilah Gus Dur sering menemui banyak warga yang mengadu, menemui tamu, para sahabat dan koleganya.
Konser tribute to Gus Dur dipersembahkan oleh para musikus yang ahli dalam instrument musik. Tapi ada dua musikus yang patut ditonjolkan, yaitu dua pianis muda: Michael Anthony dan Randy Ryan. Michael Anthony, seorang tunanetra dan autis yang saat ini berusia 17 tahun, pernah tampil pada konser daring "Tribute to BJ Habibie."
Sedangkan Randy Ryan adalah pianis muda berusia 25 tahun, satu-satunya orang Indonesia yang menjadi siswa dari pianis besar Leon Fleischer yang bulan lalu meninggal dunia pada usia 92 tahun.
Randy adalah lulusan dari fakultas musik paling prestisius di AS, Juilliard School of Music di New York City. Ia diterima kuliah di sana setelah memenangkan Ananda Sukarlan Award tahun 2012 pada usia 16 tahun; pemenang termuda kompetisi sulit di Nusantara ini. Konser ini sekaligus sebagai penghormatannya terhadap almarhum sang dosen yang telah berjasa banyak untuk musik klasik Amerika.
Randy berharap ia bisa meneruskan perjuangan dosennya, mengabdikan diri untuk pemajuan musik klasik Indonesia.
Baca Juga: Peringati Ultah Kedua Gus Dur, Alissa Wahid: Tak Penting Kapan yang Tepat