Suara.com - Pejabat Iran, yang biasanya langsung bereaksi cepat terkait masalah yang menyangkut Amerika Serikat, memilih bungkam saat Presiden Donald Trump positif mengidap Covid-19.
Selain tak banyak bersuara, para pejabat Iran yang diketahui menjadikan Amerika Serikat sebagai musuh nomor satu negara, juga tidak memberikan dukungan kepada Presiden ke-45 AS tersebut.
Menyadur Al Monitor, berbagai respon justru lebih banyak dilontarkan warga Iran, dari mulai jurnalis hingga mantan pejabat negara.
Mereka kompak menganggap infeksi Covid-19 merupakan teguran bagi Donald Trump atas prilakunya yang buruk, salah satunya menganggap enteng pandemi virus Corona.
Reformis yang berbasis di London dan mantan Menteri Kebudayaan Ataollah Mohajerani menjabarkan bagaimana 'sombongnya' Donald Trump dalam membicarakan Covid-19 sebelum dia terinfeksi.
Sementara jurnalis veteran Iran Ahmad Zeidabadi, menulis bahwa masa-masa karantina Covid-19 mungkin akan menjadi pelajaran agar politikus partai Republik itu bisa mengubah prilakunya.
"Mungkin masa karantina akan memberinya cukup waktu untuk menyadari fakta bahwa hidup ini terlalu rapuh dan tidak sebanding dengan semua rona dan tangisan," kata Zeidabadi.
"Kesehatan seseorang dapat terancam oleh virus mikroskopis. Ini bisa membuatnya mempertimbangkan kembali perilakunya."
Seperti yang telah menjadi tren di media sosial Amerika, foto-foto yang diedit dari Trump yang mendapatkan gambar disinfektan--ejekan atas saran pengobatannya sendiri--juga beredar di platform Iran.
Baca Juga: Harga Tes PCR Covid-19 di Seluruh RS Dipatok Maksimal Rp 900 Ribu
Kabar Trump positif Covid-19 juga dirayakan oleh beberapa outlet media konservatif Iran yang mengatakan hal itu merupakan karma karena telah membunuh komandan tinggi Iran, Qasem Soleimani.