Anggota tersebut menambahkan, pihaknya tidak ingin gerakan mahasiswa yang punya niat baik tapi disusupi oleh penyusup yang mengatasnamakan dirinya rakyat.
"Saya sangat sayang kepada adik-adik yang punya intelektual tinggi, generasi penerus kami. Tapi kalau disusupi oleh preman-preman, yang terjadi dia akan memecahkan dulu kaca mobil, kalau perlu mobilnya TNI atau Polri," terangnya.
Hingga artikel ini dibuat, video TNI yang mengeksekusi peserta aksi tersebut telah dilihat hingga 325 ribu kali oleh warganet.
Kolom komentar unggahan Arif Hidayat itu pun langsung dibanjiri oleh warganet dengan beragam argumentasinya.
"Harusnya polisi lebih paham mana penyusup mana bukan, logikanya tiap tiap universitas yang ada di indonesia memiliki BEM di tiap fakultas yang bertugas untuk mengatur jalannya aksi. Sudah tentu mahasiswa tidak diinstruksikan untuk melakukan perbuatan anarkis," kata warganet dengan akun @juelrafa***
"Dari semua video kericuan saat aksi terjadi, kebanyakan yang Anarkis mengenakan baju biasa, memakai penutup muka dan sebagainya, tidak mungkin mahasiswa yang notabenenya memakai jas almamater melakukan hal tersebut," sambungnya.
Sementara warganet dengan akun @Tumakni*** ikut bersuara soal mahasiswa bertato.
"Kalau pun mereka bukan mahasiswa, mereka yang bertato juga rakyat, yang tetap punya hak ikut aksi. Ikut sampaikan pendapat, ikut protes jika mereka bagian dari kelompok yang peduli. Masalah mereka akan berbuat rusuh, dituduh penyusup, itu soal lain," timpalnya.
Video selengkapnya di sini.
Baca Juga: Coretan Vandal Aksi Tolak Omnibus Law Belum Terhapus