Dia dan relawan lainnya meminta sumbangan dari bisnis lokal. Pada April, mereka mulai memasang dispenser makanan dan air dari pipa PVC dan sekarang melakukan perjalanan mingguan untuk mengisi kembali kebutuhan kuicng-kucing.
“Kucing yang baru saja dibuang, mereka lebih mudah bergaul. Anda lihat kami bisa mendekat, belai mereka, ”kata Joice Puchalski, koordinator kelompok relawan.
“Tapi bukan yang liar. Mereka semua tersembunyi dan Anda melihatnya di malam hari, karena mata mereka."
Kira-kira 250 kucing di pulau itu berasal dari sepasang kucing yang pada dua dekade lalu merupakan satu-satunya penghini di pulau ini, Puchalski menjelaskan.
Pemilik sengaja meninggalkan kucing tersebut di pulau Furtada. Seiring pertumbuhan populasi kucing, orang-orang memperhatikan dan beberapa percaya tempat itu dijadikan wadah pembuangan kucing yang tidak diinginkan pemilik.
Pihak berwenang sedang mencari cara untuk menghentikan orang agar tidak meninggalkan hewan di pulau itu. Praktik itu sudah dianggap kejahatan meski peringatan itu tak membawa efek besar.
Karla de Lucas, yang mengawasi perlindungan hewan di negara bagian Rio, memeriksa Pulau Kucing pada Juni dan dia bertemu dengan Angkatan Laut dan otoritas lingkungan untuk merancang hukuman yang tepat bagi pelangggar.
Kongres juga mengeluarkan undang-undang bulan lalu yang meningkatkan hukuman untuk penganiayaan kucing dan anjing, termasuk hingga lima tahun penjara.
Tidak ada mata air di pulau itu dan air minum yang terbatas sering menyebabkan masalah ginjal pada kucing, menurut Puchalski.
Baca Juga: Tak Perlu Takut, Begini Cara Atasi Kecemasan selama Pandemi Covid-19
Tapi bahaya terbesar adalah ular berbisa pit dan gigitannya yang beracun. Kadal oportunistik juga akan menyerang dan melukai anak kucing.