"Karena bagi saya, yang sedang beradaptasi bukan hanya kreatornya saja, tapi juga penonton," ungkap dia.
Dalam konteks saat ini, Yudi mengatakan, perlu ada definisi ulang terhadap seni pertunjukan saat ini. Kata dia, apakah ada 'livenees' baru dari seni pertunjukan dengan media baru -- yang sebenarnya sudah berlangsung lama.
"Apakah ada liveness yang lain yang bisa didaptkan atau bisa diupayakan melalui teknik atau penggunaan media yang baru. Sekali lagi baru dalam tanda kutip karena kamera, film, internet sudah ada dan berlangsung lama," beber Yudi.
Ada sejumlah acara sejumlah rangkaian acara di Djakarta Teater Platform kali ini. Salah satunya adalah "Ruang Presentasi Proses Karya" yang menghadirkan Unlogic Teater, rokateater, Teater Selembayung, Sun Community, Language Theatre, dan Kolaborasi Abdi Karya (Indonesia) dengan Theatr na nOg (Inggris) untuk proyek Work in Progress.
Sutradara Unlogic Teater, Dina Febriana mengatakan, kelompoknya akan membawakan naskah berjudul "Mesin Hamlet" karya Heiner Muller. Pada kesempatan tersebut, Unlogic Teater akan menghadirkan naskah tersebut dengan konsep teater radio.
Dina mengatakan, teater radio tersebut dia tafsirkan dari gagasan Antonin Artaud -- dramawan Prancis. Pada tahun 1947, Artaud diketahui menggelar pertunjukan berjudul "To Have Done With The Judgment of God".
"Yang memang pada saat itu dilarang sebagain karena memang sensor ya. Artaud yang memang penampilannya dirancang untuk menyerang indra dan kepekaan penonton dan mengajak untuk sadar pada realitas dasar kehidupan seperti seks, penyiksaan, jeritan, dan pembunuhan," ujar Dina.
Dina mengatakan, konsep teater radio dipilih oleh Unlogic Teater dengan berbagai macam pertimbangan. Karena masa pandemi Covid-19, pertunjukan daring dipilih sebagai bentuk baru.
Tak hanya itu, konsep teater radio dianggap juga merepresentasikan sebagai medium yang bisa mengekspresikan diri manusia. Pasalnya, teater radio menggunakan medim suara dalam menyampaikan suatu gagasan.
Baca Juga: Djakarta Teater Platform Hadir Lagi, Tema Tahun Ini Jeda
"Menurut saya ini sangat memungkinkan platform daring dan suara pada dasarnya adalah visual dalam bentuk yang lebih imajinatif," jelasnya.
Dina menambahkan, kelompoknya melalui naskah Mesin Hamlet dalam konsep teater radio berusaha mengajak penonton untuk lebih dekat dengan performer. Tak hanya itu, penonton jug akan diajak untuk berimajinasi dalam menciptakan peristiwa tanpa adanya komponen visual.
"Agar penonton dapat membayangkan sendiri bagaimana karakter dan cerita. Mungkin juga pertunjukannya tidak lagi naratif," beber Dina.
Menurut Dina, naskah 'Mesin Hamlet' juga relevan jika dibawakan dalam platform daring. Dia menyebutkan, pertunjukan secara daring juga sebagai bentuk perjumpaan tubuh yang termediasi.
"Kami mencoba merayakan banalitas dalam dunia daring. Semoga tafsir kami dalam Mesin Hamlet ini dapat memberikan impresi melalui banalitas kami dan juga menurut kami masih meraba-raba," pungkas Dina.