Ganjar juga minta Dinas Kesehatan untuk rutin melakukan pemeriksaan kesehatan, termasuk pemeriksaan Covid-19. Ia berharap, jika alat pendeteksi Covid-19 dari UGM, GeNose sudah dikirim ke Jateng, maka alat itu bisa dikirim ke tempat-tempat pengungsian seperti ini.
"Mudah-mudahan minggu ini atau minggu depan sudah datang, nanti saya kirim ke sini untuk pengetesan. Begitu semuanya negatif, maka lokasi ini harus dikunci dan semua pendatang dibatasi serta dipastikan sehat," tegasnya.
Disinggung soal penanganan banjir di Pekalongan, Ganjar mengatakan bahwa semua sedang berjalan secara bertahap. Pihaknya sudah berkoordinasi dengan seluruh pemangku kepentingan dari hulu sampai hilir untuk mempercepat persoalan ini.
"Kami bagi tugas. Khusus Kota Pekalongan, kita sudah buat desainnya, semua harus konsentrasi bareng-bareng. Pak wali menata saluran air di kotanya, saya menata sungai dan tanggul laut. Saya sudah bicara dengan Kementerian PUPR, itu terus berjalan. Beberapa kontrak pekerjaan fisik juga masih terus dilakukan, akan saya pantau dan kawal terus agar progresnya bisa cepat," pungkasnya.
Salah satu pengungsi, Anik (26) sepakat dengan usulan Ganjar agar lokasi pengungsian disekat, sebab kondisi saat ini memang mengkhawatirkan.
"Ya takut tertular Covid-19, kalau seperti ini. Apalagi saya bawa anak kecil. Tapi mau gimana lagi, cuma disini tempatnya," katanya.
Anik berharap, tempat pengungsian itu disekat dan dibatasi jumlahnya. Hal itu agar para pengungsi lebih aman dan nyaman.
Ia juga berharap, para pengungsi diperiksa rapid antigen atau swab, sebab selama mengungsi 14 hari, belum ada pemeriksaan itu.
"Hanya diperiksa kesehatannya saja, tidak ada pemeriksaan khusus Covid-19. Harapannya diperiksa, jadi semuanya bisa aman," pungkasnya.
Baca Juga: Disebut Tak Pernah Salat di Buku Pelajaran, Ganjar Pranowo: Mungkin Kritik
Selain mengecek pengungsi, Ganjar juga mengecek lokasi banjir di Desa Pasir Kraton Kramat. Dengan berjalan kaki, Ganjar menyusuri gang dengan ketinggian air sampai sepusar orang dewasa.