Vaksin AstraZeneca: Apa Masalah Sebetulnya Dengan Trombosis?

Minggu, 21 Maret 2021 | 19:41 WIB
Vaksin AstraZeneca: Apa Masalah Sebetulnya Dengan Trombosis?
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sementara pada kasus vaksinasi covid-19 dengan vaksin AstraZeneca, setelah muncul 7 kasus dari 1,6 juta dosis vaksinasi, pejabat kesehatan langsung menyetop nyaris semua program imunisasi?

Pakar kesehatan dari partai sosial demokrat Jerman -SPD, Karl Lauterbach mengritik perbandingan antara kasus trombosis vena sinus otak CVST dengan kasus trombosis pada konsumsi pil anti hamil.

"Parahnya efek CVST tidak bisa dibandingkan dengan trombosis yang dipicu pil anti hamil", kata Lauterbach dalam wawancara dengan siaran radio publik Jerman Deutschlandfunk.

Dia mengatakan, jika berbicara kaitan kasus trombosis dengan konsumsi pil anti hamil, kebanyakan yang dimaksud adalah trombose pada vena kaki.

Penggumpalan darah menyumbat vena pada kaki, dan jika terlepas bisa masuk ke paru-paru dan memicu emboli di organ tubuh ini.

Tapi pakar kesehatan kenamaan Jerman itu tidak mengungkapkan realitasnya secara komplet. Yakni, konsumsi pil anti hamil juga meningkatkan risiko terkena CVST yang jauh lebih berbahaya.

"Perempuan lebih sering terkena kasusnya dibanding pria. Kemungkinan faktor hormonal memainkan peranan penting. Kasus CVST lebih sering muncul pada kehamilan pada usia matang, beberapa minggu setelah melahirkan dan pada perempuan yang mengkonsumsi pil anti hamil", ujar Peter Berlit, sekretaris jenderal perhimpunan neurologi Jerman kepada DW.

Juga secara umum, tidak terpengaruh gender, kasus di kalangan usia muda lebih sering terjadi dibanding pada manula.

Apakah penghentian vaksinasi langkah tepat?

Baca Juga: Mengenal CVST, Pembekuan Darah Langka pada 5 Orang Inggris Usai Vaksin!

Keputusan sejumlah negara Eropa, Afrika dan Asia termasuk Indonesia, untuk menghentikan sementara vaksinasinya bukannya tidak berrisiko.

Pakar kesehatan Lauterbach dalam wawancara dengan Deutschlandfunk mengatakan lebih lanjut, ia meyakini kemungkinan adanya kaitan antara vaksin AstraZeneca dengan kasus trombosis fatal itu.

Namun ia berpendapat, tidak ada alasan untuk menghentikan vaksinasi.

"Saya tidak akan memutuskan kebijkan seperti itu, berbasis dari data yang ada", tambahnya.

Juga Prof. Berlit, guru besar di Universitas Duisburg-Essen menyatakan, sulit menerima keputusan para birokrat itu.

"Pada saat ini, dari sudut pandang statistik murni, ada argumentasi, bahwa itu tidak ada kaitannya ketimbang ada kaitan langsung", katanya.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI