Senjakala Apis Dorsata, Lebah Madu Terbesar di Dunia yang Terancam Hilang dari Indonesia

Bangun Santoso Suara.Com
Kamis, 17 Juni 2021 | 07:16 WIB
Senjakala Apis Dorsata, Lebah Madu Terbesar di Dunia yang Terancam Hilang dari Indonesia
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Siapa yang tak tahu namanya madu, rasanya yang manis amat dikenal memiliki banyak manfaat bagi kesehatan. Namun, bisa jadi tak banyak yang tahu, keberadaan lebah sebagai penghasil madu tengah terancam akibat maraknya pembalakan dan alihfungsi hutan.

Lebah hutan adalah penghasil madu dengan ukuran terbesar di dunia, apis dorsata. Di sejumlah daerah di Sumatera seperti Jambi dan Riau, lebah hutan biasa disebut juga lebah sialang.

Menyadur laman VOA Indonesia, Purnomo, salah satu peneliti dan pemerhati lebah hutan yang saat ini aktif mengelola dan mengolah produk perlebahan di Kampar, Provinsi Riau, menjelaskan, populasi lebah hutan penghasil madu dengan ukuran terbesar di dunia, apis dorsata, semakin terdesak dari tahun ke tahun akibat habitatnya yang terancam di Indonesia.

Pendiri rumah madu Wilbi itu mengatakan, “Apis dorsata itu di hutan habitatnya. Dia menempati pohon-pohon menjulang tinggi. Sekarang pohon-pohonnya sudah banyak ditebang. Pakannya juga sudah berubah akibat alih fungsi hutan, jadi HTI (hutan tanaman industri) dan perkebunan kelapa sawit.”

Apis dorsata dikenal masyarakat setempat sebagai lebah sialang karena bersarang dan bergantungan di berbagai jenis pohon sialang yang tinggi di hutan Sumatra.

“Tempat bertengger bersarangnya lebah itu di pohon yang besar disebut pohon sialang, sedangkan pakanannya tuh dia makannya diambil dari pohon akasia, pohon sawit,” jelas Candra Lela.

Terancam Punah

Di Jambi, Candra Lela, yang menjabat Ketua Asosiasi Perlebahan Jambi juga sangat prihatin akan populasi lebah sialang yang semakin langka sejak bencana asap tahun 2015 dan kebakaran hutan Sumatra termasuk Riau dan Palembang. “Jambi berasap hampir mau 1 tahun. Memang musibah asap. Jadi tuh ya lebahnya kabur adanya, sebagian mati, punah gitu,” tambahnya.

Berawal menemani suami ke hutan, ibu rumah tangga itu terjun ke usaha madu lebah sengat tahun 2008, masuk hutan menemui para pemanjat pohon sialang sekaligus mengantarkan galon-galon madu dengan menempuh perjalanan 2-4 jam dari rumahnya di kota Jambi.

Baca Juga: Intip Budidaya Lebah Madu di Hutan Kota Srengseng

Harga madu lebah sialang meningkat mulai dari harga Rp 7.500/kg tahun 2008 menjadi Rp 60.000/kg tahun 2015. Lela menyampaikan dalam sebulan bisa mengumpulkan 10ton madu lebah dorsata bahkan pada tahun 2010 pernah mencapai 24ton dalam satu bulan. Pendiri Rumah Madu Hutan Jambi (RMHJ) itu aktif melakukan kampanye panen lestari kepada beberapa kelompok pemungut madu hutan yang beranggotakan 20-25 pemanjat sialang supaya lebah hutan Sumatra tidak punah dan dapat terjaga untuk regenerasi.

“Panennya tidak boleh panen siang, baiknya itu panennya di malam hari atau subuh. Kemudian tidak dihabiskan, tidak dipotong semua, larvanya jangan dipanen juga. Kalau bisa dipanen larvanya ditinggalin gitu. Tidak menggunakan api, cukup asap,” kata Candra Lela.

Petugas Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta menunjukkan sarang lebah madu yang dibudidayakan di Hutan Kota Srengseng, Kembangan, Jakarta, Rabu (16/6/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]
Petugas Dinas Pertamanan dan Hutan Kota DKI Jakarta menunjukkan sarang lebah madu yang dibudidayakan di Hutan Kota Srengseng, Kembangan, Jakarta, Rabu (16/6/2021). [Suara.com/Angga Budhiyanto]

Lebah dorsata sangat bergantung pada ketersediaan tanaman sumber pakan di hutan, jika kurang memadai akan mengakibatkan populasi lebah itu bermigrasi, Purnomo menjelaskan. Ia menyebutkan periode 20 tahun lalu populasi lebah dorsata diperkirakan 10.000 koloni di Riau. Alih fungsi hutan dengan pembukaan sejumlah perkebunan kelapa sawit sejak 10 tahun lalu berdampak pada penurunan populasi lebah yang kini hanya sekitar 50 persen di hutan Riau.

“Mungkin kalau dibanding 20 tahun yang lalu dengan sekarang ini, paling sekarang ini 15%. Dari 20 tahun yang lalu 10.000 (populasi lebah) kalau 10% berarti sudah 1.500-an,” tukas Purnomo.

Sekitar tahun 2000-an Riau dapat menghasilkan 60 ton madu hutan per bulan. “Kalau produksi sekarang ini, sebulan itu paling-paling sekitar 6 sampai 10 ton,” ungkap Purnomo.

Ancaman Alihfungsi Hutan hingga Bencana Asap

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI