Dijelaskan Alexander, PPKM skala mikro merupakan pembatasan kegiatan hingga pada wilayah RT dan RW.
Dalam konteks ini, petugas Satgas Covid-19 hingga Babinsa turut membantu penanganan Covid-19 di wilayah yang lebih mengerucut tersebut.
Selain itu, contact tracing dan surveilans terus dilakukan oleh tingkat puskesmas. Hal itu dilakukan guna mengetahui siapa yang bergejala Covid-19 dan siapa yang berkontak erat dengan pasien Covid-19.
Pada kenyataannya, lanjut Alexander, banyak warga masyarakat yang berkontak erat maupun terkonfirmasi menyembunyikan diri dengan alasan isolasi mandiri.
Bahkan, ada juga warga yang tidak menyampaikan ke RT RW atau puskesmas, ada pula tidak berobat.
"Akhirnya ini yang membikin terjadi, di samping keabaian terhadap 3 M, kemudian pendampingan di tempat isolasi mandiri tidak optimal, kemudian contact tracing juga turun," ungkap Alexander.
Lonjakan Kasus
Alexander menjelaskan, lonjakan kasus Covid-19 akhirnya melonjak pascalibur hari raya Idul Fitri. Tidak tanggung-tanggung, lonjakan kasus mencapai angka 20 ribu dalam sehari.
Atas lonjakan tersebut, lanjut dia, bed occupancy rate--rata-rata keterisian tempat tidur--juga mengalami lonjakan hingga di atas 80 persen. Menurut dia, fakta tersebut menjadi sesuatu yang harus diintervensi.
Baca Juga: Amukan COVID-19 di Jawa Timur, Gubernur Khofifah: Perlu Ditarik Rem Darurat
"Ini membuat ada sesuatu yang harus di intervensi. Jadi pemerintah itu tidak kaku-kaku banget dalam menerapkan instrumen. Itu tetap bisa dilakukan perbaikan dan penyempurnaan. Inilah salah satu yang dilaksanakan oleh pemerintah untuk melihat bahwa ini adalah state emergency," papar dia.