Selama ini aliran air sekaligus berfungsi untuk mendinginkan kota-kota di pesisirnya. Namun pengalihan air memangkas kapasitas sungai menyerap panas menjadi separuhnya, kata Shafiq Abbasi, Wakil Direktur Badan Perlindungan Lingkungan di Azad Kashmir.
Suhu rata-rata musim panas tercatat meningkat hingga lima derajat Celcius sejak bendungan diresmikan.
Pakistan sepenuhnya bergantung dari ketersediaan air di basin Sungai Indus, yang juga meliputi lima sungai lain, Neelum/Jhelum, Ravi, Chenab, Beas dan Sutlej. Saat ini hampir sepertiga penduduk tercatat bekerja di sektor pertanian.
Komoditas utama adalah beras, gandum, kapas dan buah-buahan yang membutuhkan air dalam jumlah besar. Sebab itu pula sebagian besar kebutuhan air Pakistan digunakan untuk sistem irigasi.
Meski begitu, Pakistan masih bertengger di urutan ke88 dalam daftar negara dengan tingkat kerawanan pangan paling tinggi di dunia, dan tergolong rentan dilanda kelangkaan air.
Listrik dari sungai "Air yang mengalir di dalam sungai tidak seharusnya dibiarkan terbuang, tetapi disimpan untuk kepentingan masyarakat. Tapi pengalihan air sungai harusnya dihindari,” kata Taja Abbas Khan, bekas pejabat lingkungan di Azzad Kashmir.
Kucuran dana investasi dari Cina yang membuka koridor ekonomi dari Xinjiang hingga ke Balochistan, ikut mendorong pembangunan bendungan hidroelektrik di Pakistan.
Namun Abbas Khan mendesak agar desain bendungan tidak melibatkan pengalihan air. Menurutnya, pengalihan air di Muaffarabad akan menyebabkan "bencana” bagi warga lokal, seperti keluarga Hadieri.
"Kami sebenarnya tidak menentang proyek hidroelektrik, tapi supaya jangan dibangun dengan merusak lingkungan,” imbuhnya.
Baca Juga: Laporan PBB Ungkap Dampak Perubahan Iklim Sebabkam Kekeringan Hingga Badai
Satu-satunya solusi, kata Khan, adalah dengan membangun PLTA mini di sepanjang sungai, ketimbang bendungan raksasa yang menyisakan dampak besar.