5 Puisi Hari Kemerdekaan ke-76 RI, Ada yang Bertema Pandemi

Rifan Aditya Suara.Com
Senin, 16 Agustus 2021 | 06:05 WIB
5 Puisi Hari Kemerdekaan ke-76 RI, Ada yang Bertema Pandemi
5 Puisi Hari Kemerdekaan ke-76 RI, Ada yang Bertema Pandemi - Sejumlah siswa mengikuti Kirab 76 Bendera Merah Putih di Bugel, Krakitan, Bayat, Klaten, Jawa Tengah, Sabtu (14/8/2021). [ANTARA FOTO/Aloysius Jarot Nugroho]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Menulis puisi Hari Kemerdekaan RI ke-76 bisa menjadi pilihan aktivitas. Apalagi Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat (PPKM) membuat aktivitas masyarakat masih harus di rumah saja.

Selain itu puisi Hari Kemerdekaan RI ini juga bisa menjadi inspirasi untuk ucapan selamat HUT RI ke-76.

Suara.com telah merangkum 5 puisi Hari Kemerdekaan RI berikut yang bisa jadi contoh. Ada yang bertema pandemi hingga pahlawan seperti dirangkum dari buku Antologi Puisi Kemerdekaan Indonesia.

Semangat Kemerdekaan di Tengah Pandemi
karya Nafa Adenia

Detik ini bangsa kita telah merdeka
Bangsa besar telah lahir
Terwujud dengar semangat para pejuang yang terbayarkan dengan tetesan darah dan air mata

Namun,sejak engkau datang kami mengurung diri di dalam rumah,
mengunci pintu dan jendela, menutup lubang angin, menutup segala yang terbuka dari rasa takut
Padahal kami tak tahu, engkau ada di luar atau di dalam tubuh kami

Tetapi hidup kian membuat kita tak ramah
Banyak yang susah tambah susah
Yang bekerja pun harus dibuat gelisah
Sandang, pangan dan kebutuhan berpacu dengan pembatasan
Mencari kian tak tau arah dan tujuan

Hingga detik ini ribuan nyawa telah melayang
Sebuah harga yang harus dibayar
Demi terwujudnya satu kata MERDEKA
Tetap semangat, semua pasti ada jalannya, semoga pandemi corona ini cepat berlalu
dan kita semua kembali beraktivitas seperti biasanya, Semangat Kawan!!!

Karawang Bekasi
karya Chairil Anwar

Baca Juga: Perlombaan Antar Narapidana Rehabilitasi Narkoba

Kami yang kini terbaring antara Karawang-Bekasi
Tidak bisa teriak "Merdeka" dan angkat senjata lagi
Tapi siapakah yang tidak lagi mendengar deru kami
Terbayang kami maju dan berdegap hati?Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak

Kami mati muda. Yang tinggal tulang diliputi debu
Kenang, kenanglah kami
Kami sudah coba apa yang kami bisa
Tapi kerja belum selesai, belum apa-apa

Kami sudah beri kami punya jiwa
Kerja belum selesai, belum bisa memperhitungkan arti 4-5 ribu jiwa
Kami cuma tulang-tulang berserakan
Tapi adalah kepunyaanmu
Kaulah lagi yang tentukan nilai tulang-tulang berserakan
Ataukah jiwa kami melayang untuk kemerdekaan, kemenangan dan harapan

Atau tidak untuk apa-apa
Kami tidak tahu, kami tidak bisa lagi berkata
Kaulah sekarang yang berkata
Kami bicara padamu dalam hening di malam sepi
Jika dada rasa hampa dan jam dinding yang berdetak
Kenang-kenanglah kami
Menjaga Bung Karno
Menjaga Bung Hatta
Menjaga Bung Syahrir
Kami sekarang mayat
Berilah kami arti
Berjagalah terus di garsi batas pernyataan dan impian

Kenang-kenanglah kami
Yang tinggal tulang-tulang diliputi debu
Beribu kami terbaring antara Karawang-Bekasi
Yang terampas dan yang terputus.

Tanyaku Sederhana
Oleh: Muhammad Sifak Almurtadho

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI