Namun, kondisinya kini berubah sangat drastis. Seorang dokter hewan satwa liar pada bulan Mei membagikan foto secara eksklusif kepada Al Jazeera yang menunjukkan jika mereka kekurangan gizi.
"Anda tidak dapat membayangkan seekor gajah kurus sampai Anda melihatnya," ungkap Femke Den Haas, dokter hewan dari Belanda yang telah bekerja untuk melindungi satwa liar di Indonesia selama 20 tahun, kepada Al Jazeera.
"Mereka adalah hewan besar dan Anda tidak seharusnya melihat tulang mereka. Tapi itulah mereka, hanya kulit dan tulang." ungkapnya.
Bantuan Pemerintah
Haas mengunjungi tempat wisata tersebut sebagai mitra Badan Konservasi Sumber Daya Alam Bali (BKSDA).
Kepala BKSDA Agus Budi Santosa mengungkapkan jika banyak bisnis kebun binatang di Bali yang tumbang akibat pandemi Covid-19.
Agus juga mengungkapkan jika pandemi Covid-19 juga sangat berdampak pada sektor usaha kecil kecil seperti Bali Elephant Camp.
Pada bulan Juli, BEC mengatakan kepada Bali Animal Welfare Association (BAWA) bahwa mereka telah melakukan semua usahanya untuk merawat gajah, namun mengaku kehabisan dana.
BEC juga mengungkapkan kepada BAWA bahkan baik BKSDA atau Kementerian Kehutanan RI tidak ada yang menawarkan dukungan keuangan.
Baca Juga: Jelang Timnas Indonesia vs Taiwan, Pelatih Bali United Puji Kualitas Yabes Roni
![Kondisi gajah Sumatra di pulau Bali yang mengalami kelaparan akibat pandemi Covid-19.[Al Jazeera]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/10/07/99604-kondisi-gajah-sumatra-di-pulau-bali-yang-mengalami-kelaparan-akibat-pandemi-covid-19.jpg)
"Anda tidak bisa sebagai perusahaan mengatakan tidak ada pengunjung lagi jadi saya tidak merawat gajah lagi," kata Haas.