Bangladesh: Kekerasan Geng di Kamp Pengungsi Rohingya Memicu Ketakutan

Kamis, 28 Oktober 2021 | 17:58 WIB
Bangladesh: Kekerasan Geng di Kamp Pengungsi Rohingya Memicu Ketakutan
DW
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Saat itu, lebih dari 730.000 Rohingya melarikan diri dari negara bagian Rakhine ke Bangladesh menyusul pembalasan militer besar-besaran dan serangan oleh gerilyawan Rohingya di pos-pos polisi dan sebuah pangkalan militer.

Sebanyak 109 pengungsi lainnya, yang diduga terlibat dalam perdagangan narkoba, dibunuh oleh otoritas keamanan Bangladesh dalam apa yang disebut baku tembak pada tahun 2018.

Bangladesh telah dianggap sebagai tempat aman bagi banyak Muslim Rohingya yang telah mencari perlindungan untuk menyelamatkan diri mereka dari tindakan keras yang diluncurkan oleh pasukan keamanan Myanmar.

Negara dengan mayoritas agama Buddha ini tidak mengakui kelompok minoritas tersebut sebagai warga negara dan membatasi kebebasan mereka di dalam negara.

Namun, pada bulan Juni, Perdana Menteri Bangladesh Sheikh Hasina mengatakan Rohingya semakin "menimbulkan ancaman keamanan besar bagi Bangladesh dan juga kawasan kawasan tersebut.”

"Hanya sebagian kecil yang terlibat”

Nur Khan, seorang aktivis HAM yang telah memantau situasi keamanan di Cox's Bazar, mengatakan bentuk aktivitas kriminal di kamp-kamp pengungsian terutama meliputi perdagangan narkoba, perdagangan manusia, dan penculikan.

Menurut Khan setidaknya tiga geng kriminal bersenjata Rohingya saat ini tengah beradu untuk menguasai kamp-kamp di Bangladesh.

"Meski sejauh ini konflik [yang ada] terjadi di dalam kamp-kamp, [konflik] itu bisa menyebar keluar di masa depan,” kata Khan kepada DW.

Baca Juga: Pemerintah Bangladesh dan UNHCR Sepakat akan Membantu Pengungsi Rohingya

"Kelompok-kelompok bersenjata ini dapat mencoba untuk membeli senjata dari pedagang illegal lokal dan internasional melalui jalur laut, yang dapat memperburuk situasi di Cox's Bazar secara drastis,” tutur Khan, seraya menambahkan: "Mereka bahkan mungkin akan menjual sebagian senjata tersebut kepada para kriminal lokal Bangladesh.”

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI