"Ancaman ketersediaan bahan pangan serta tercabutnya kehidupan sebagian masyarakat terutama saudara kita yang tinggal di pedalaman," tuturnya.
Dalam kesempatan yang sama, Gunretno dengan JM-PPK memiliki pertanyaan ke mana pemerintah mengabdi.
"Mengabdi untuk siapa? Rakyat yang mana? Tidak adakah sedikit rasa takut akan "pengadilan" alam?" tanyanya.
Selain itu, mereka juga menyinggung dengan adanya pandemi ini sudah memberikan pelajaran yang sangat besar kepada semua, terutama pemerintah, kembali menilik apa yang telah dilakukan pada Ibu Bumi.
"Masih kurangkah tanda dan peringatan dari semesta?" tanya Gunretno lagi.
![Jaringan Masyarakat Peduli Pegunungan Kendeng atau JM-PPK memperingati Hari Pahlawan yang dilakukan di tujuh kabupaten, Rabu (10/11/2021). [Dok. JM-PPK]](https://media.suara.com/pictures/653x366/2021/11/10/83172-jaringan-masyarakat-peduli-pegunungan-kendeng.jpg)
Gunretno menjelaskan kalau makna dari Hari Pahlawan itu bukan hanya mengenang para pahlawan perebut kemerdekaan, tetapi juga untuk para pahlawan yang berjuang melindungi lingkungan hidup.
JM-PPK berharap apa yang dilakukan oleh pahlawan kehidupan seperti Yu Patmi dan lainnya untuk berjuang dengan cara masing-masing demi menghentikan kebijakan pemerintah yang merenggut lestarinya lingkungan hidup.
"Terus mendesak pemerintah, dengan cara kita masing-masing, untuk mengambil kebijakan yang nyata guna mengakhiri krisis iklim dan mengambil kebijakan yang mengutamakan kepentingan rakyat banyak, bukan kepentingan pemodal."
Baca Juga: Hari Pahlawan, Sinovac Apresiasi Tenaga Kesehatan yang Berjibaku Melawan Pandemi