Saat ini, pergerakan kelompok difabel tengah membuat survei kedua untuk mengetahui keadaan sebenarnya di masa pandemi, hal yang dinilai Ishak Salim sebagai sebuah kemajuan.
"Ketika melakukan survei masing-masing teman difabel memberikan kontribusi mulai dari desain survei, apa yang harus dilakukan sampai kemudian pada pengelolaan hasilnya," kata Ishak.
Sekarang sudah terkumpul data dari 1.680 orang difabel dan hasilnya akan disebarkan di pertengahan bulan Desember.
Teknologi daring seperti pertemuan lewat Zoom, jugamembuat proses menjangkau para pegiat difabel di seluruh Indonesia lebih mudah dilakukan.
"Dari hasil survei kami bisa memberikan masukan kepada Pemerintah yang dalam reaksi cepatnya juga bisa menyertakan kepentingan kelompok difabel," kata Ishak lagi.
Kelompok pegiat difabel sendiri bisa menggunakan hasil riset untuk kepentingan masing-masing organisasi entah sebagai bahan advokasi maupun sebagai bahan untuk riset lanjutan.
"Adanya survei dan pertemuan Zoom, misalnya membuatt organisasi difabel yang sudah punya kapasitas bagus, bisa menjangkau organisasi di daerah yang kapasitasnya masih terbatas.
"
"Jadi pergerakan lebih intensif dan meluas, aktivitasnya semakin membuncah," kata Ishak Salim.
Baca Juga: Menengok Serunya Peringatan Hari Disabilitas Internasional di Terowongan Kendal Sudirman
Adanya konsolidasi berkat pandemi COVID, menurut Dr Ishak juga digunakankelompok difabel untuk merespon kegiatan lain, tak hanya soal COVID-19.
"Misalnya seperti gempa di Sulawesi Barat, atau banjir di Malang, atau kejadian di NTT, juga untuk hal lebih luas seperti pemenuhan hak-hak disabilitas menurut PBB.
"Yang dilakukan teman-teman sekarang adalah tetap menjaga dan memperkuat jaringan yang ada."
Harapan agar ada tunjangan difabel
Hari Disabilitas Internasional jatuh setiap tanggal 3 Desember dan tahun ini mengusung temaKepemimpinan dan Partisipasi Penyandang Disabilitas Menuju Tatanan Dunia yang Inklusif, Aksesibel, dan Berkelanjutan Pasca COVID-19.
Andika dan Agustina punya harapannya masing-masing.
Andika Saputra berharap agar Pemerintah Indonesia memberikan tunjangan bagi mereka yang difabel, seperti halnya yaang dilakukan di Australia.