Suara.com - Hari Raya Nyepi Tahun Baru Saka 1944 akan dirayakan oleh umat Hindu pada Kamis 3 Maret 2022. Pada momentum peringatan hari suci agama Hindu ini, umat yang merayakannya akan merenung dan mengoreksi diri. Lalu dari mana asal usul Hari Raya Nyepi itu?
Sebelum lebih jauh membahas tentang asal usul Hari Raya Nyepi kalian perlu tahu bagaimana aturan perayaannya di tengah pandemi ini.
Perayaan Hari Nyepi dua tahun kebelakang berbeda dengan tahun sebelumnya, akibat pandemi Covid-19 yang melanda dunia. Bahkan beberapa prosesi Nyepi di Indonesia seperti pawai Ogoh-Ogoh harus ditiadakan.
Hal itu dilakukan dengan tujuan untuk mencegah penyebaran virus. Meski begitu tidak menghalangi umat Hindu untuk beribadah dan melakukan sejumlah upacara lain jelang peringatahan Hari Raya Nyepi.
Asal Usul Hari Raya Nyepi
Nyepi berasal dari kata sepi yang memiliki arti sunyi, senyap, lenggang dan tidak ada aktivitas apapun. Hari Raya Nyepi diadakan berdasarkan penanggalan pada kalender Saka, yang dimulai sejak tahun 78 Masehi. Berbeda halnya dengan hari raya keagamaan lain, pada saat Nyepi umat Hindu dilarang untuk melakukan kegiatan apapun.
Seperti yang telah kita ketahui bahwa agama Hindu awalnya berasal dari India, kemudian mulai menyebar ke beberapa negara Asia termasuk Indonesia. Berdasarkan sejarah, peringatan Hari Raya Nyepi pada mulanya merupakan sebuah upaya untuk menyatukan bangsa India dengan negara-negara disekitarnya.
Pada abad ke 78 Masehi negara India mengalami konflik sosial berkepanjangan antar suku bangsa lain, seperti Suku Saka, Pahiava, Yavana, Yueh Chi, dan Malaya. Mereka sering terlibat pertikaian memperebutkan kekuasaan.
Akibat dari pertikaian itulah menyebabkan terombang-abingnya kehidupan beragama masyarakat pada saat itu. Sehingga membuat pola pembinaan agama menjadi tidak teratur.
Baca Juga: Polresta Denpasar Gelar Rakor Soal Nyepi dan Isra Miraj Minta Untuk Tetap Bisa Menjalankan Toleransi
Akhirnya seorang pemimpin dari suku Saka yaitu Raja Kaniskha I mencoba mendamaikan suku-suku yang berseteru. Dengan cara meditasi atau mengevaluasi diri sendiri. Rakyat dibawah kepemimpinannya pun mengikuti cara tersebut. Mereka tidak melakukan aktivitas apapun selama satu hari. Mereka hanya berdiam diri dirumah merenungi atas segala yang telah dilakukannya.
- 1
- 2
BERITA TERKAIT
Stefano Cugurra: Saya Sudah Punya Semua Rekor di Bali
01 Mei 2025 | 10:35 WIB WIBREKOMENDASI
TERKINI