Dampak Perang Ukraina: Industri Otomotif Jerman Langka Gas Neon dan Nikel

Kamis, 07 April 2022 | 13:28 WIB
Dampak Perang Ukraina: Industri Otomotif Jerman Langka Gas Neon dan Nikel
DW

"Dalam skala global, Rusia adalah produsen bijih nikel terbesar ketiga," kata Michael Szurlies dari Institut untuk Geosains dan Sumber Daya Alam BGR kepada DW.

"Kegagalan pengiriman jangka pendek (dari Rusia) umumnya sulit untuk dikompensasi."

Cina diuntungkan dari krisis

Produsen mobil listrik dan baterai di Cina, di sisi lain, bisa mendapatkan keuntungan dari sanksi ekonomi Barat terhadap Rusia, dengan menawarkan untuk membeli bahan baku dari Rusia dengan harga lebih rendah.

"Cina memiliki posisi yang kuat dalam rantai pasokan logam baterai, dan (perkembangan ini) akan semakin memperkuat posisi kompetitif globalnya, jika dapat membeli nikel Rusia dengan harga murah karena sanksi tersebut," kata analis GlobalData Daniel Clarke.

Analis GlobalData lainnya, Lil Read, menambahkan bahwa satu-satunya pilihan yang tersisa bagi produsen Barat adalah memperluas hubungan bisnis dengan negara-negara penghasil nikel lain seperti Indonesia atau Filipina.

Namun, ini bisa menimbulkan masalah lebih lanjut. Karena jarak geografis yang lebih jauh antara kedua negara produsen, emisi selama transportasi akan meningkat, dan jika bahan mentah diekstraksi lebih intensif di negara asal, masalah lingkungan akan meningkat.

Dengan latar belakang ini, Lil Read percaya kuncinya ada pada pengembangan teknologi baru untuk baterai.

"Laju inovasi baterai sangat menakjubkan selama beberapa dekade terakhir, tetapi inovasi tidak terjadi dalam semalam. Kami berharap baterai lithium-ion phosphate (LFP), yang tidak mengandung nikel atau kobalt, akan mendapatkan popularitas dan penerimaan dalam jangka menengah, jika konflik berlanjut." (hp/pkp)

Baca Juga: Imbas Invasi Rusia, Raja Nikel Cina Harus Lunasi Posisi Short 8 Miliar Dolar

Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI