Selain itu perbedaan yang lain yakni tarawih. Biasanya di Indonesia, Nadia hanya berjalan kaki jika ingin ibadah tarawih di masjid dekat rumah.
Namun jika ingin salat tarawih di London, dirinya harus menggunakan bus dengan jarak waktu pulang pergi sekitar 1 jam.
"Sejauh ini lebih sering tarawih di rumah, selanjutnya sih ingin coba ke masjid lain seperti East London Mosque," ungkap Nadia.
Alumnus Fakultas Hukum Universitas Indonesia itu menceritakan untuk sahur dan buka puasa ia harus menyiapkan sendiri agar menghemat pengeluaran sebagai pelajar.
Tak jarang ia dan rekannya satu flat memasak bersama untuk membuat takjil seperti kolak, jagung susu, ronde, biji salak dan lainnya. Jika tak sempat memasak, ia biasanya membeli makanan.
"Tapi kalau mau makan di luar ya dicari yang halal aja. Biasanya ada logo halal-nya gitu di restorannya atau bisa googling dulu sebelum ke restorannya," papar dia.
Kata Nadia, umat muslim di London juga dapat menikmati takjil gratis saat berada di London Central Mosque.
"Biasanya kalau ke London Central Mosque suka ada ibu-ibu Indonesia yang menawarkan takjil kolak ke sesama warga Indonesia atau ke warga London setempat," kata Nadia.
Meski jauh dari keluarga, Nadia juga merasakan suasana Ramadhan yaitu mengikuti acara buka puasa bersama yang digelar PPI UK dan PPI London. Muslim di London cukup banyak, kota yang beragam.
Baca Juga: Masuki Seri Eropa, Begini Target Fabio Quartararo di MotoGP 2022
Komunitas muslimnya kuat, sehingga masjid pasti selalu penuh dengan warga muslim yang berasal dari berbagai belahan dunia.
"Di London ada Indonesia Islamic Center London, saya pernah ikut kepanitiaan Wakaf Mozaik pembangunan Masjid Indonesia di London dan ikut buka puasa bersamanya," kata dia.
Selain kerinduan momentum bersama keluarga saat Ramadan, berbagai macam makanan juga dirindukan oleh Nadia. Seperti ketan hitam, dawet, opor, rendang, sambal goreng, krecek dan lainnya.
"Itu semua makanan kesukaan saya. Bisa sih masak sendiri disini tapi tentu rasanya akan berbeda karena rempah-rempah disini tidak selengkap di Indonesia dan harganya cukup mahal," tutur Nadia.
Tak hanya makanan, momen yang dirindukan Nadia seperti ibadah tarawih, shalat id, hingga sungkem sama keluarga saat lebaran yang pasti tak bisa ia rasakan tahun ini.
"Biasanya kami ada dresscode dan dipakai kembaran saat solat id. Lalu juga ngabuburit main sama anak. Terus pas suster pada mudik, saya dan suami dan keluarga juga bantu urus anak. Jadi kerjasama itu kunci. Momen menjadi lebih dekat dengan keluarga itu yang tidak ternilai harganya," ucapnya.