Suatu hari, Nabi Ibrahim merasa sudah tidak mampu menanggung beban pikirannya itu. Kemudian ia bertekad menjalankan perintah Allah untuk menyembelih Nabi Ismail.
Nabi Ibrahim lalu memanggil putranya, Ismail beliau memintanya untuk sabar dan tabah. Menyadari keresahan ayahnya, Ismail pun meminta Nabi Ibrahim untuk melaksanakan apapun perintah Allah dengan terlebih dahulu menjelaskan kepadanya.
Dengan segenap kelapangan hati, Nabi Ibrahim pun menceritakan tentang mimpinya itu kepada putra yang ia sayangi itu. Setelah mendengarkan cerita sang ayah, wajah Ismail pun tidak berubah sama sekali justru semakin menunjukkan ketabahannya.
Setelah selesai bercerita kepada putranya, Nabi Ibrahim kemudian bercerita kepada istrinya. Mendengar cerita suaminya Hajar hanya mampu menangis dan mendekap erat putranya. Ia tidak bisa berbuat apa-apa karena menyadari jika mimpi itu merupakan sebuah perintah dari Allah.
Setelah semua keluarganya tahu, Nabi Ibrahim pun berencana segera menjalankan perintah Allah. Namun iblis dengan berbagai macam jelmaanya sempat menggoda Nabi Ibrahim. Iblis pun menyerah dan mereka pergi karena tidak mampu menggoyahkan iman Nabi Ibrahim yang begitu kuat.
Nabi Ibrahim lalu kembali mencoba menyembelih Ismail AS dengan pisau yang tajam. Kali ini, giliran Malaikat Jibril datang atas perintah Allah SWT. Suara Malaikat Jibril pun terdengar di seluruh penjuru bukit.
"Hai Ibrahim! Sungguh kau telah siap untuk melaksanakan perintah Tuhan! Allah SWT akan mengampunimu dengan ketaatanmu itu. Hai Ibrahim! Sembelilah kibas ini sebagai pengganti Ismail! Makanlah dagingnya, jadikanlah hari ini sebagai hari raya bagi kalian berdua dan sedekahkanlah sebagian dari dagingnya untuk fakir miskin sebagai kurban!" kata Malaikat Jibril.
Mendengar seruan dari Malaikat Jibril itu pun, seketika Nabi Ibrahim kaget dan rona wajahnya langsung berubah bahagia. Ia lalu menyimpan pisaunya dan meminta Ismail bangun.
Kejadian ini menjadi mukjizat dari Allah SWT yang menegaskan bahwa perintah pengorbanan itu hanya ujian hidup bagi Nabi Ibrahim AS dan Ismail. Perintah itu semata hanya ingin mengetahui sejauh mana cinta dan ketaatan keduanya pada Allah SWT.
Baca Juga: 5 Amalan Bulan Dzulhijjah Sesuai Sunnah, Amalkan Agar Mendapat Keberkahan
Mengenai peristiwa pergantian kurban Ismail tersebut, Allah SWT berfirman dalam Surat As-Saffat ayat 102-107 yang artinya:
Artinya: “Maka ketika anak itu sampai (pada umur sanggup) berusaha bersama-sama Ibrahim, Ibrahim berkata: Hai anakku sesungguhnya aku melihat dalam mimpi bahwa aku menyembelihmu. Maka pikirkanlah apa pendapatmu! Ia menjawab, Hai bapakku, kerjakanlah apa yang diperintahkan kepadamu; Insya Allah kamu akan mendapatiku termasuk orang-orang yang sabar. Tatkala keduanya telah berserah diri dan Ibrahim membaringkan anaknya atas pelipis (nya), (nyatalah kesabaran keduanya). Dan Kami panggillah dia: Hai Ibrahim, sesungguhnya kamu telah membenarkan mimpi itu, sesungguhnya demikianlah Kami memberi balasan kepada orang-orang yang berbuat baik. Sesungguhnya ini benar-benar suatu ujian yang nyata. Dan Kami tebus anak itu dengan seekor sembelihan yang besar.” [QS. ash-Shaffat (37): 102-107]
Setelah Malaikat Jibril menyampaikan firman dari Allah SWT tersebut, terlihat seekor kambing yang sehat dan besar berjalan dari atas bukit. Kambing itu kemudian ditangkap oleh Nabi Ibrahim AS dan Ismail, lalu disembelih dengan mengucapkan nama Allah SWT.
Kisah Nabi Ibrahim ini tertulis di dalam Al-Qur'an dan berkaitan dengan perayaan Idul Adha di bulan Dzulhijjah. Nabi Ibrahim menjadi sosok seorang ayah yang anagat taat, sementara Ismail merupakan anak penurut dan sabar.
Itulah tadi kisah Nabi Ibrahim dan Ismail yang mengajarkan arti ketaatan sesungguhnya kepada Allah SWT. Semoga menambah keimanan kita semua.
Kontributor : Putri Ayu Nanda Sari