"Ucapan terima kasih ini tidak terlepas dari peran beliau Mas Ganjar 10 tahun yang lalu di dalam pengesahaan UU Nomor 13 Tahun 2012 terkait keistimewaan Yogyakarta," tuturnya.
Menurut Totok, acara ini dikemas dalam bentuk pagelaran budaya yang melibatkan sedulur-sedulur abdi dalem dan Empat Bergada (Seni keprajuritan yang berasal dari Keraton Ngayogyakarta Hadiningrat) dengan jumlah total 200 orang.
Mereka mengenakan pakaian adat keprajuritan dan pakaian adat setempat dari empat arah dan berkumpul di Tugu Pal Putih untuk melakukan ritual doa.
Totok menambahkan, kirab budaya dan doa ini juga sekaligus memperingati Satu Dasawarsa Keistimewaan Yogyakarta.
Pengakuan peran Ganjar dalam lahirnya UU Keistimewaan Yogyakarta itu diakui juga oleh Ketua Lembaga Kebudayaan Jawa Sekar Pangawikan, Yogyakarta, Bambang Nursinggih.
Menurut Bambang, perjuangan kerakyatan dilakukan oleh pihaknya bersama-sama elemen masyarakat. Sementara diplomasi dilakukan Ganjar.
"Ucapan terimakasih kepada Mas Ganjar yang ikut berperan dalam lahirnya UU Keistimewaan Yogyakarta," ucapnya.
Bambang menambahkan, dalam doa itu dipanjatkan juga agar masyarakat Yogyakarta mampu hidup damai dan sejahtera.
"Dengan bahasa jawa berdoa kepada Allah SWT supaya masyarakat Yogyakarta tentram dan tidak berpengaruh oleh provokasi-provakasi dari luar," imbuhnya.
Baca Juga: Mengenal dan Memahami 'Rurun', Identitas Sapaan Marga Karo yang Unik