Tribun 12, Saksi Bisu Duka Aremania 'Terbunuh' Di Kandang Sendiri

Bangun Santoso Suara.Com
Selasa, 04 Oktober 2022 | 08:21 WIB
Tribun 12, Saksi Bisu Duka Aremania 'Terbunuh' Di Kandang Sendiri
Tragedi Kanjuruhan - (Kontributor SuaraJatim.id/Yuliharto Simon)

Suara.com - TANGIS Alfan Hafiz Mualizar pecah, kepalanya terus tertunduk dan tubuhnya lunglai. Badannya terpekur setia menunggu di depan ruang jenazah RSUD Kanjuruhan.

Minggu 2 Oktober 2022, sejumlah orang sibuk membungkus mayat Ahmad Huzein Rahmadani. Ia adalah sahabat karib Alfan. Bertahun-tahun mereka kerap berdua mendukung tim sepak bola kebanggaan Arema FC dan menjadi bagian Aremania.

Malang tak dapat ditolak, Alfian dan Ahmad harus berpisah selama-lamanya usai menjadi korban tragedi di Stadion Kanjuruhan, hanya berselang beberapa menit saja usai mereka menyaksikan laga derby sarat gengsi Arema FC vs Persebaya pada Sabtu 1 Oktober 2022 malam.

"Saya dan Huzein berboncengan memakai motor dari Tulungagung ke sini, menonton Arema. Tapi kini, saya akan pulang bersama Huzein memakai mobil jenazah,” kata Alfan dengan nada sedih penuh penyesalan.

Alfan tak sempat berganti baju. Dia masih menggunakan jaket putih, celana jins, dan sepatu kets—sama yang ia pakai bersama Huzein saat berangkat ke Malang.

Setelah Huzein menjadi korban tewas dalam tragedi di Stadion Kanjuruhan yang dipicu gas air mata polisi, Alfan langsung ikut mengawal sahabatnya ke rumah sakit, hingga mengurus kepulangan jenazah.

Alfan masih mengingat perjalanan mereka dari Tulungagung ke Malang untuk menyaksikan laga derby klasik antara Arema FC vs Persebaya Surabaya.

“Huzein dan saya sering bercanda di perjalanan," katanya.

Keduanya berboncengan dalam rombongan 12 orang ke Malang. Keduanya sudah sejak lama bersahabat. Mereka menjalin pertemanan karena selalu sekelas saat di SMK 3 Boyolangu.

Baca Juga: DICARI! Profil Nugroho Setiawan, Pemilik Licensi FIFA Security Officer Dicampakkan PSSI, Kini Gabung TGIPF

Setibanya di Stadion Kanjuruhan, ke-12 dari Tulungagung itu masuk ke tribun 12. Posisi mereka berada di tengah, larut dalam semangat meneriakkan yel-yel mendung tim kesayangan, Arema FC.

Sayang, Arema harus mengakui kemenangan tim tamu Persebaya dengan skor 2-3. Ini adalah kekalahan pertama mereka dalam 23 tahun dalam laga derby. Kecewa pasti, namun hingga wasit meniup peluit akhir, tak ada tanda-tanda kerusuhan. Pertandingan pun kelar tanpa keributan.

Skuat Arema yang kalah malam itu, berdiri di tengah lapangan, menyapa sekaligus meminta maaf kepada pendukung mereka.

Bahkan, sejumlah Aremania memasuki lapangan, ingin bersalaman dengan pemain idola mereka. Tapi polisi bertindak lain, mereka justru menghalau, memukul mundur Aremania. Tak hanya itu, aparat juga melepaskan tembakan gas air mata.

Ketika polisi membabi buta menembakkan gas air mata, semua penonton sangat panik, berusaha keluar dari stadion—termasuk Alfan dan Huzein.

Hanya, karena sangat padat, akhirnya banyak Aremania susah untuk keluar. Saat itulah, 12 sahabat berpisah. Mereka berusaha menyelamatkan diri masing-masing.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI