Ridwan Kamil juga dikenal dengan menerapkan metode kepemimpinan dari tengah. Cara itu tidak hanya mendorong kinerja aparatnya agar lebih cepat, namun dalam saat yang bersamaan juga menyeret partisipasi lainnya yang lamban dan tertinggal di belakang.
Hal itu terlihat dengan sejumlah langkah yang sering dilakukan Ridwan Kamil, di antaranya lebih mendekatkan diri dengan warganya, seperti dengan bersepeda keliling kampung dan melihat langsung problem yang ada di masyarakat.
Hal lain yang menjadi tolok ukur keberhasilan kepemimpinan Ridwan Kamil, terekam dalam sebuah survei yang dilakukan Indonesian Politics Resarch and Consulting (IPRC) pada akhir 2021 lalu.
Dalam survei itu, 83,4 persen warga Jawa barat mengaku puas dengan kinerja Ridwan Kamil dan wakilnya Uu Ruzhanul Ulum. Salah satu yang dianggap sebagai keberhasilannya adalah dalam menangani pandemi Covid-19, pembangunan infrastruktur dan bantuan sosial.
Lalu apakah keberhasilan tersebut bisa menjadi modal kuat untukmengantarkan Ridwan kamil ke pentas nasional sebagai capres atau cawapres?
Direktur Operasional dan Data Strategis IPRC Idil Akbar mengatakan, ada anomali dalam hasil survei yang dilakukan lembaganya.
Menurut dia, meski kepuasan masyarakat cukup tinggi terhadap kinerja Ridwan Kamil, hal itu tidak serta merta mendongkrak elektabilitasnya ditingkat nasional.
“Di satu sisi kinerja gubernur diapresiasi dengan nilai yang sangat tinggi, namun elektabilitas RK (Ridwan Kamil) belum optimal, baik untuk RI 1 (calon presiden), RI 2 (calon wakil presiden) maupun Jabar 1,” ujarnya.
Kontributor : Damayanti Kahyangan