Setelah itu, kleting akan dipecahkan dalam upacara mecah pamor. Tahapan ini juga sarat dengan filosofi kehidupan.
Menurut Wigung, pamor adalah gambar guratan bilah keris pusaka, hasil tempaan para empu dengan logam pilihan, dimana Pecahan tersebut membentuk guratan yang indah.
"Pecah pamor bukan rusak, tetapi justru muncul kecantikan, keindahan, dan kepribadian yang baik-baik. Demikian pula yang diharapkan, pamornya calon pengantin akan muncul. Pamor sejati bagi orang hidup adalah tindak-tanduk, tingkah laku, muna-muni, iman dan takwa," terang Wigung.
Terakhir, setelah siraman, Erina Gudono akan diberikan semacam syalbatikkhas Jogja yang bermotif bulat-bulat. Motif tersebut disebut gerompol yang bermakna ngumpul atau berkumpul.
"Filosofinya, mudah-mudahan pernikahan ini membawa kerukunan tidak saja untuk Erina dan Kaesang, tapi juga kerukunan kedua keluarga," tutup Wigung.
Kontributor : Damayanti Kahyangan