Suara.com - Di tengah pusaran isu yang menyeret latar belakang pendidikannya, mantan Presiden Joko Widodo (Jokowi) mengambil langkah komunikasi yang tak biasa.
Bukan melalui konferensi pers, melainkan lewat serangkaian unggahan hangat di media sosial saat menghadiri Reuni ke-45 Fakultas Kehutanan UGM.
Langkah ini lebih dari sekadar berbagi kenangan; ini adalah strategi menarik untuk membingkai ulang narasi dan menjawab sorotan publik dengan kehangatan.
Narasi Persahabatan, Bukan Pertarungan Politik
Dalam unggahannya, Presiden Jokowi secara konsisten menekankan kata-kata kunci seperti "silaturahmi", "kebersamaan", "hangat", dan "gelak tawa".
Sebagai narasi konfrontatif serta memilih untuk menonjolkan nilai-nilai universal yang menyentuh.
"Suasana hangat, penuh tawa, dan cerita lama yang kembali hidup mengingatkan akan indahnya kebersamaan dan eratnya tali silaturahmi," tulis Jokowi.
Dengan menonjolkan sisi humanisnya sebagai seorang teman dan alumnus, Jokowi secara efektif menggeser medan perbincangan.
Ia tidak lagi menempatkan diri sebagai objek serangan politik, melainkan sebagai bagian dari sebuah komunitas yang solid dan memiliki sejarah nyata.
Baca Juga: 5 Momen Reuni Jokowi yang Menarik di Tengah Isu Ijazah yang Ramai
"Spirit 80": Mengalihkan Fokus ke Kontribusi Kolektif
Pesan penting lainnya adalah penekanannya pada kiprah dan kontribusi para alumni.
Jokowi tidak hanya berbicara tentang dirinya, tetapi mengangkat pencapaian teman-teman seangkatannya yang telah berkarya di berbagai bidang.
"Momen kebersamaan ini menegaskan kembali semangat persahabatan dan dedikasi "Spirit 80" yang terus relevan," lanjutnya.
Ini adalah langkah strategis untuk menunjukkan bahwa almamater dan angkatannya telah menghasilkan individu-individu yang produktif dan berintegritas.
Ini adalah bentuk pembuktian melalui rekam jejak kolektif, sebuah cara elegan untuk menyatakan bahwa "inilah hasil dari pendidikan kami."