Dilihat dari video amatir atau rekaman kamera CCTV banyak remaja yang terlibat tawuran di Jakarta dengan arongan menenteng senjata tajam berbagai jenis dan ukuran. Mulai dari celurit atau parang panjang berukuran hingga 1-2 meter.
Senjata tajam itu ternyata tak mudah dimiliki oleh sembarang orang. Hanya orang tertentu yang bisa memperolehnya. Itu pun harus dengan cara memesan terlebih dahulu oleh orang-orang yang sudah dikenal dan dipercaya.
Tidak semua tukang las mau membuatkan senjata tajam.

“Biasanya pesen dari tukang las langganan,” kata Acoy.
Soal harga cukup bervariatif. Untuk senjata tajam jenis celurit berbahan baja dengan panjang berkisar 1,5 - 2 meter dibanderol dengan harga Rp 1 juta lebih. Sedangkan untuk ukuran serupa namun terbuat daru bahan plat besi harganya dibawah Rp1 juta.
“Itu buat ukuran nomor satu. Kalau buat ukuran nomor dua harganya beda lagi,” ungkap Acoy.
Ukuran nomor satu yakni ukuran yang berkisar diantara 1,5 - 2 meter. Sementara ukuran nomor dua yakni berukuran kurang dari 1 meter.
Menurut Acoy, biasanya mereka patungan untuk membuat senjata berukuran nomor satu. Mengingat biaya yang dikeluarkan cukuplah mahal.
Namun untuk senjata tajam yang berukuran normal, rekan-rekan Acoy membelinya secara pribadi.
“Kalau yang gede-gede biasanya patungan, tapi kalau yang ukurannya normal beli pribadi. Di online paling Rp 100-200 ribu,” ucap Acoy.
Senjata tajam itu biasanya selalu dibawa setiap kali membangunkan orang sahur. Alasannya untuk berjaga jika terjadi gesekan dengan kelompok pemuda wilayah lain.
“Biasanya yang bawa sajam itu pakai motor, 6-7 orang. Sisanya jalan kaki sembari bangunin sahur bawa snare drum,” katanya.
Acoy mengatakan, jika bentrokan terjadi maka kelompok yang membawa senjata tajam ini berada di bagian depan. Sementara kelompok yang berjalan kaki berada di belakang, melempari batu atau benda apapun untuk melukai pihak lawan.
“Mereka itu tim support jadinya, paling lempar-lempar batu. Mirip Mobile Legend aja,” tuturnya.
Acoy mengaku, tidak jarang sebelum bentrok, ia dan teman-temannya meminum-minuman keras yang terkadang dicampur dengan obat-obatan keras yang biasa mereka sebut ‘boti’.