Dari Pengusaha hingga Narapidana, Rekam Jejak-Kontroversi Ahok Calon Dirut Pertamina

Ruth Meliana Suara.Com
Selasa, 25 Juli 2023 | 12:03 WIB
Dari Pengusaha hingga Narapidana, Rekam Jejak-Kontroversi Ahok Calon Dirut Pertamina
Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok (Instagram/@basukibtp)
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Suara.com - Basuki Tjahaja Purnama atau Ahok digadang-gadangkan akan menggantikan posisi Nicke Widyawati dengan menduduki posisi Direktur Utama atau Dirut Pertamina.

Sinyal itu diutarakan Menteri BUMN Erick Thohir ketika memantau seleksi tim U-17 di Persija Training Ground, Depok pada Sabtu (22/7/2023).

Menurut dia, Ahok adalah salah satu nama yang dipertimbangkan untuk naik ke posisi Direktur Utama Pertamina.

Ahok sendiri merupakan salah satu sosok yang kontrovesial di Indonesia. Perjalanan hidupnya penuh liku. Ia pernah melakoni sejumlah peran, di antaranya pengusaha, politisi hingga narapidana.

Lalu seperti apakah sosok Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok? Apakah ia kompeten untuk menjadi dirut perusahaan minyak pelat merah tersebut? Berikut ulasannya.

Rekam jejak Basuki Tjahaja Purnama

Ahok merupakan sarjana Teknik Geologi lulusan Universitas Trisakti Jakarta. Ketika lulus, ia memutuskan jejak ayahnya untuk menjadi pengusaha.

Dan pada 1989, Ahok pulang ke kampung halamannya di Belitung dan mendirikan CV Panda, sebuah perusahaan kontraktor di bidang pertambangan.

Dua tahun menjalankan usaha, Ahok kambali ke Jakarta untuk meneruskan pendidikannya ke jenjang S2, yakni di Sekolah Tinggi Manajemen Prasetia Mulya bidang manajemen keuangan.

Baca Juga: Biodata dan Agama Duta Sheila On 7, Vocalis Band Asal Jogja yang Berani Sindir The 1975 di Panggung WTF

Ahok kemudian bekerja di PT Simaxindo Primadya Jakarta setelah lulus S2. Perusahaan itu diketahui bergerak di bidang kontraktor pembangunan pembangkit listrik.

Kembali ke Belitung

Setelah berkarier di Jakarta, pada 1992, Ahok kembali ke Belitung untuk mengembangkan usaha di kampung halamannya.

Ia lalu mendirikan PT Nurinda Ekapersada, yang merupakan perusahaan yang dipersiapkan untuk membangun pabrik Gravel Pack Sand (GPS) pada 1995.

Namun ternyata pabrik Ahok ditutup pemerintah pada 1995, karena ada oknum Kementerian Kehutanan yang menerbitkan sertifikat hutan lindung di tambang miliknya.

Diduga ada kongkalikong dengan tambang lain yang berusaha memuluskan izin, dengan cara mengorbankan tambang milik Ahok yang telah memiliki izin resmi.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI