Dari penjelasan sebelumnya, dia mencatat, saat ini terjadi krisis kepercayaan terhadap media. Dia mengklaim hal itu sering mereka temui.
"Sebenarnya, dari pada rasa ketidak percayaan, mereka lebih merasa takut berhadapan dengan media. Takut isunya tidak sesuai dan takut dipojokan," tuturnya.
Di SEJUK, hal yang mereka dorong adalah bagaimana jurnalis dan komunitas bisa berkolaborasi. Tak bisa menutup mata, jurnalis sering sulit bertemu dengan narasumber.
Sistem media yang dibangun jurnalis, kadang tak dimengerti komunitas atau narasumber. Mereka belum punya kapasitas untuk belajar hal tersebut.
"SEJUK mendorong, agar teman jurnalis dan komunitas berkolaborasi bukan cuma menulis bahan berita. Tapi ikut mengamati. SEJUK juga mendorong media untuk lebih kritis. Menghormati secara hak asasi manusia, mengakomodir pemberitaan sesuai kebenaran," paparnya.
Lebih lanjut, berbicara soal isu sensitif, SEJUK percaya pemberitaan yang relevan, penting dan mampu mengadvokasi isu sensitif di masyarakat, akan meningkatkan kepercayaan tersendiri.
Dia berharap, pekerjaan jurnalis didukung untuk tak terhenti di posisi publish saja. Namun, bisa diamati bersama.
"Tidak cuma komunitas, tapi media teman-teman sendiri bisa menerima dampaknya," tutupnya.
Baca Juga: LMS 2023, Perusahaan Media Didorong Segera Go Publik di Bursa Saham