Bagian Pertama (Pembangunan IKN)
Pada bagian pertama, artikel itu membahas mengenai ambisi Jokowi yanng ingin memindahkan ibu kota dari Jakarta ke Kalimantan. Proyek besar ini memang jadi pembangunan besar-besaran di periode kedua kekuasaan Jokowi.
Laporan tersebut tertulis betapa kerasnya upaya Jokowi dalam meyakinkan banyak pihak bahwa pemindahan ibu kota adalah langkah realistis untuk mengatasi dua perkara. Hal itu merujuk pada respon ancaman tenggalamnya Jakarta dan pemerataan ekonomi agar tak semata terpusat di Jawa.
Bagian Kedua (Rivalitas Global)
Tak hanya isu pembangunan IKN saja yang disoroti, melainkan membahas bagaimana rezim Jokowi menghasilkan kebijakan ekonomi yang paling ambisius. Dalam konteks ini menyoroti tentang penciptaan kendaraan listrik daan rantai pasokan baterai.
Lantas kenapa bisa dikatakan kebijakan ambius? Karena salah satu faktor pada 2020 lau Jokowi melarang ekspor bijih nikel sehingga berhasil membuat perusahaan-perusahaan nikel besar dari penjuru dunia seperti China, Korsel, Kanada akhirnya membangun pabriknya di Indonesia. Kala itu WTO pun mengungkap kalau kebijakan itu tidak adil.
Kendati demikian, Jokowi tetap pada kebijakannya sebab memiliki logistik berupa cadangan nikel yang besar. Dengan nikel Jokowi seolah menari di antara dua kaki kekuatan geopolitik global yakni China dan AS.
Presiden ke-7 ini kerap menyebut kalau kedua negara itu sebagai mitra dekat Indonesia. Tak heran jika banyak publik yang mengatakan kalau Jokowi sosok yanng oportunis dengan sebutan pernyataan itu.
Bagian 3 (Demokrasi dan Politik)
Baca Juga: Setelah Permintaan Jokowi Hentikan Kasus E-KTP Ditolak, Muncul Isu Taliban hingga Revisi UU KPK
Tak hanya membahas mengenai persoalan ekonomi saja, pada artikel ini juga membahas mengenai demokrasi di Indonesia yang dipandang tengah mengalami penurunan di bahwa kepemimpinan Jokowi. Tentu bahasan pada artikel ini sebuah isu yang saat ini sedang memanas di Indonesia.