Selama menunggak, Panca hanya bisa berjanji untuk segera melunasi tunggakannya. Permohonan agar tidak diusir hanya bisa Panca utarakan lewat pesan singkat Whatsapp.
“Cuma bilang, saya akan bayar. Terus saya japri. 'Pak sepertinya kesabaran saya mulai habis, saya kasih batas toleransi sampe tanggal 15 bulan ini, untuk selanjutnya silahkan cari kontrakan baru',” ucap Dwi menirukan pesan yang dikirimkan untuk Panca.
Sebelumnya tetangga Panca, Titin mengaku terakhir kali melihat anak-anak Panca di luar rumah pada Minggu (3/12/2023) sore.
Titin kemudian mengaku mencium aroma busuk di sekitar rumah Panca pada Rabu (6/12/2023) pagi. Aroma tersebut bertambah menyengat saat siang hari.
Hingga akhirnya Ketua RT setempat bersama pemilik kontrakan memutuskan untuk mendobrak rumah tersebut.
Sesaat sebelum dibongkar, kerumunan lalat hijau berkerubung di sekitar ventilasi yang berada di atas jendela kontrakan.
Tak lama, pintu berhasil dibuka. Para warga tercengang lantaran melihat Panca yang telah berlumuran darah akibat luka dilengannya.
Sementara saat itu, sebilah pisau masih menancap di tubuh Panca. Saat menelisik ke dalam kamar, empat anak Panca ditemukan tewas berbanjar di atas kasur.
Titin bahkan tak ingin memberikan lebih dalam soal keempat anak tersebut, lantaran tak kuasa menahan tangis.
Baca Juga: Ayah di Jagakarsa Diduga Bunuh Empat Anak, Yang Tersisa Hanya Mainan Motor-motoran di Teras Rumah
“Ibu takut sudah nangis duluan inget anaknya. Anaknya lagi lucu-lucunya,” jelas Titin.