Kontroversi Butet Kertarajadsa, Harusnya Belajar dari Lekra?

Kamis, 07 Desember 2023 | 16:56 WIB
Kontroversi Butet Kertarajadsa, Harusnya Belajar dari Lekra?
Seniman sekaligus budayawan Yogyakarta, Butet Kartaredjasa saat diwawancarai. [Suarajogja.id/Hiskia Andika Weadcaksana]

"Boleh-boleh saja seniman aktif berpolitik dan masuk ke partai politik. Karena itu hak warga negara. Namun, harus punya kesantunan politik agar pesan karya seninya tetap tersampaikan," kata Ginting.

Mengenal Lekra

Lekra didirikan pada 17 Agustus 1950. Ditandai dengan deklarasi seniman Lekra tentang bagaimana bertindak dalam bidang kesenian. Beberapa tokoh yang menonjol dari Lekra yakni Njoto, Pramoedya Ananta Toer, Affandi, Soedjojono.

Lekra memakai prinsip 'politik sebagai panglima' sebagai dasar penciptaan karya seni karena menganggap revolusi di Indonesia belum tuntas. Aliran kesusasteraan realisme sosialis pun menjadi dominan di Lekra. Aliran itu dianggap menggambarkan realita masyarakat.

Prinsip itu lah yang menarik empati Soekarno yang kala itu sedang menggaungkan Manifesto Politik dan Undang-undang dasar 1945, Sosialisme Indonesia, Demokrasi Terpimpin, Ekonomi terpimpin, dan Kepribadian Indonesia (Manipol Usdek).

Lekra juga pernah membuat kehebohan dengan membuat propaganda usai peristiwa G30S/PKI 1965, hal itu pun harus membuat Presiden Soekarno turung tangan.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI