"Itu lah menyebabkan kenapa PDIP sebagai partai kader selalu memprioritaskan kader dan memiliki kepercayaan diri untuk mengusung kadernya meskipun secara elektabilitas belum mumpuni untuk didaftarkan," tegasnya.
Ditambahkan Arif, selain dua faktor itu, pemilihan Pramono Anung di Pilkada DKI Jakarta sekaligus menutup potensi politik identitas. Mengingat dalam beberapa edisi sebelumnya, fenomena itu sangat masif.
"Selain memang faktor lainnya yang saya lihat munculnya Pramono Anung ini di Pilkada di Jakarta ini juga menghilangkan kekhawatiran munculnya politik identitas," pungkasnya.
Ganjar Akui Ada Kemiripan
Ketua DPP PDI Perjuangan Ganjar Pranowo sebelumnya juga telah membandingkan pemilihan Pramono Anung itu dengan momen saat dia dicalonkan dalam Pilgub Jateng 2013 silam. Saat itu Ganjar bilang bahwa dia bukan siapa-siapa namun kemudian ditarik dan diusung untuk maju sebagai kader dan menang.
"Siapa bilang (PDIP siap kalah), saya dulu 2013 menang itu, dengan kasus yang sama, sama-sama tidak terkenal," kata Ganjar kepada awak media di UGM, Kamis (29/8/2024).
Pemilihan kader sendiri dalam kontestasi Pilkada, Ganjar bilang sangat penting.
"Itu persis seperti 2013 era saya dulu. Siapa seluruhnya kalau enggak salah waktu itu ada 22 pendaftar, saya ke 23, tiba-tiba saya, yang surveinya rendah, yang tidak terkenal yang tidak punya uang, tiba-tiba ditarik. Itu lah proses pengambilan keputusan yang ada, yang penting buat saya satu, kader," tambahnya.
Menurut mantan Gubernur Jawa Tengah itu, pemilihan kader sendiri ini justru tepat. Momentum pencalonan ini dipercaya sebagai langkah kuat untuk konsolidasi partai.
Baca Juga: Perdana Jalani Tes Saraf ada Setrum, Ridwan Kamil: Kata Dokter Agar Pemimpin Responsif
"Justru karena ini kader maka konsolidasi partai sekarang bangkit lagi, dari kemarin enggak bisa mengajukan bisa mengajukan dan kader. Saya tidak membayangkan kalau kita ngajuin yang bukan kader," ujarnya.