Namun, badan mata-mata Israel, Mossad, juga tetap gigih. Mossad, dalam serangkaian pembunuhan tingkat tinggi, menargetkan pejabat senior Hizbullah dan agen Iran yang terlibat dalam perencanaan serangan terhadap Israel.
Komandan militer Hizbullah yang sulit ditangkap, Imad Mughniyeh, menjadi target khusus intelijen Israel. Mughniyeh, yang dianggap sebagai dalang sejumlah serangan besar, termasuk pengeboman tahun 1983 di Lebanon, berhasil menghindari penangkapan selama puluhan tahun. Baru pada tahun 2008 pasukan Israel, bersama dengan CIA, berhasil membunuh Mughniyeh dengan bom mobil di Damaskus.
Hizbullah membalas dengan berbagai upaya untuk menargetkan kedutaan besar dan warga sipil Israel, termasuk pengeboman bus bunuh diri tahun 2012 di Bulgaria yang menewaskan lima warga Israel.
Tahun ini, tepatnya pada bulan Juli 2024, Israel berhasil melenyapkan dua pejabat tinggi Hizbullah, Fuad Shukr dan Ibrahim Aqil. Mereka terlibat dalam serangan tahun 1980-an terhadap pasukan Israel di Lebanon.
Perang bayangan tidak terbatas pada taktik konvensional atau bahkan gerilya. Salah satu serangan paling terkenal datang dalam bentuk virus komputer Stuxnet, operasi gabungan Israel-Amerika yang menargetkan fasilitas nuklir Iran pada tahun 2010. Serangan siber ini, yang menghancurkan sentrifus di fasilitas Natanz Iran, menandai contoh pertama operasi siber yang menyebabkan kerusakan fisik.
Baru-baru ini, Hizbullah dan Israel terlibat dalam jenis peperangan berteknologi tinggi baru. Pada bulan September 2024, Hizbullah mengakui bahwa serangkaian serangan yang melibatkan pager dan walkie-talkie yang meledak telah menimbulkan kerusakan parah pada kelompok tersebut. Operasi tersebut memiliki ciri khas Mossad meskipun Israel belum secara resmi mengklaim bertanggung jawab.
Pemimpin Hizbullah, Hassan Nasrallah, menyebut tindakan Israel baru-baru ini sebagai "deklarasi perang".