Meskipun Pengadilan Banding Virginia telah memutuskan bahwa adopsi tersebut tidak seharusnya terjadi, kasus ini masih tertahan di Mahkamah Agung Virginia. Pengacara dari keluarga Afghanistan belum memberikan komentar terkait perkembangan ini.
Di dalam ruang sidang yang sederhana, semua orang berpakaian seragam kamuflase. Mast memilih memberikan pernyataan tanpa sumpah di sesi tertutup, yang membuatnya tidak bisa diinterogasi lebih lanjut.
Namun, istrinya, Stephanie, memberikan kesaksian secara terbuka, menawarkan wawasan tentang motivasi mereka yang begitu gigih untuk mengadopsi anak tersebut. Dia menangis ketika menggambarkan keputusan suaminya sebagai wujud dari komitmennya terhadap nilai-nilai Marinir.
“Itu sangat mencerminkan tanggapan khas Amerika,” ucap Stephanie dengan penuh emosi.
“Kami menghargai kehidupan manusia. Sebagai Marinir, Anda melayani dan melindungi.” lanjutnya.
Meskipun ditegur oleh beberapa pejabat tinggi, termasuk mantan Menteri Luar Negeri Mike Pompeo, agar menghentikan upaya mereka, pasangan ini bersikeras bahwa membawa anak tersebut ke Amerika Serikat adalah prioritas utama mereka.
Ketika ditanya apakah keputusan itu didasari oleh bias Barat yang menganggap anak akan lebih baik di AS daripada di Afghanistan, Stephanie menjawab bahwa mereka ingin memberikan anak tersebut kehidupan yang lebih baik sesuai dengan prinsip kebebasan dan kebahagiaan yang mereka yakini.
“Mereka memiliki mentalitas bertahan hidup,” katanya tentang orang-orang Afghanistan.
“Kami percaya pada kehidupan, kebebasan, dan pengejaran kebahagiaan. Dan kami ingin dia memilikinya.” Stephanie.
Baca Juga: Tegang! Kepercayaan AS pada Israel Merosot Tajam, Serangan Balasan Picu Krisis Diplomatik