Mengenal Sekte Alawi, Agama yang Disebut Dianut Mantan Presiden Suriah Bashar Al Assad!

Riki Chandra Suara.Com
Jum'at, 20 Desember 2024 | 16:15 WIB
Mengenal Sekte Alawi, Agama yang Disebut Dianut Mantan Presiden Suriah Bashar Al Assad!
Mantan Presiden Suriah Bashar al Assad. [AFP]
Follow Suara.com untuk mendapatkan informasi terkini. Klik WhatsApp Channel & Google News

Sekte Alawi memiliki keyakinan unik yang membedakannya dari kelompok Sunni dan Syiah arus utama. Berakar pada Islam Syiah, kaum Alawi mengembangkan kepercayaan simbolis seperti pemujaan terhadap Imam Ali dan keyakinan pada reinkarnasi.

Ritual-ritual mereka bahkan mengadopsi elemen Kristen seperti perayaan Natal, menjadikannya komunitas yang sering disalahpahami dan dianggap bidah oleh kelompok Islam lainnya.

Marginalisasi ini membuat kaum Alawi mencari perlindungan melalui kekuasaan politik. Dominasi mereka mencapai puncaknya ketika Hafez al-Assad mengokohkan rezim Partai Baath pada 1970-an. Di bawah Assad, kaum Alawi menjadi tulang punggung militer dan keamanan, menjadikan mereka elit politik yang tak tergoyahkan selama lima dekade.

Namun, jatuhnya Assad kini menimbulkan pertanyaan besar. Benteng pertahanan Alawi di wilayah pesisir seperti Latakia dan Tartous menghadapi ketidakpastian. Loyalitas mereka kepada rezim yang telah tumbang membuat kaum Alawi takut menjadi sasaran pembalasan dari mayoritas Sunni.

Penggulingan Bashar al-Assad memicu kekhawatiran bahwa kaum Alawi akan menghadapi nasib serupa dengan kelompok pendukung rezim lain di Timur Tengah. Misalnya, loyalis Shah Reza Pahlavi di Iran menghadapi eksekusi massal setelah Revolusi Islam 1979, sementara pendukung Muammar Gaddafi di Libya dipenjara setelah pemberontakan 2011.

Bagi kaum Alawi, tantangan terbesar kini adalah bagaimana menjauhkan diri dari bayang-bayang rezim Assad sambil menavigasi sistem politik yang lebih inklusif.

Para analis memperkirakan bahwa integrasi ke dalam masyarakat yang lebih luas mungkin menjadi solusi, namun hanya jika pemerintah baru mampu menciptakan rekonsiliasi nasional tanpa memperdalam luka sektarian.

BERITA TERKAIT

REKOMENDASI

TERKINI